Sifat
Kimia dan Fisika Silikon
Silikon
adalah unsur elektropositif yang paling melimpah di kerak bumi, bersifat
metalloid dengan kilap logam, dan sangat rapuh. Silikon biasanya membentuk
senyawa tetravalen meskipun kadang-kadang bivalen. Selain itu, senyawa silikon
pentacoordinated dan hexacoordinated juga umum dikenal. Silikon alami terdiri
dari 92,2% isotop silikon 28; 4,7% silikon 29; dan 3,1% silikon 30. Silikon merupakan
semikonduktor intrinsik dalam bentuknya yang paling murni, meskipun intensitas
semikonduktor bisa ditingkatkan dengan sejumlah kecil pengotor. Silikon mirip
dengan logam dalam perilaku kimianya. Unsur ini hampir sama elektropositif
seperti timah dan jauh lebih positif daripada germanium atau timbal. Silikon
membentuk berbagai hidrida, berbagai halida, dan banyak seri senyawa yang
mengandung oksigen, yang dapat memiliki sifat ionik atau kovalen. Unsur ini
memiliki kelimpahan jauh lebih banyak daripada unsur lainnya, selain dari
oksigen. Silikon merupakan penyusun 27,72% kerak bumi, sementara oksigen
menyumbang 46,6%. Unsur ini ditemukan oleh: Jons Berzelius pada tahun 1823
Unsur Silikon (Si) memiliki :
a) Nomor
atom: 14
b) Massa
atom: 28,0855 g/mol
c) Elektronegativitas
menurut Pauling: 1,8
d) Densitas:
2,33 g/cm-3 pada 20 °C
e) Titik
lebur: 1410 °C
f) Titik
didih: 3265 °C
g) Radius
Vanderwaals: 0,132 nm
h) Radius
ionik: 0,271 (-4) nm, 0,041 (4)
i)
Isotop: 5
j)
Energi ionisasi pertama: 786,3 kJ/mol
k) Energi
ionisasi kedua: 1.576,5 kJ/mol
l)
Energi ionisasi ketiga: 3.228,3 kJ/mol
m) Energi
ionisasi keempat: 4.354,4 kJ/mol
Penggunaan
Silikon
Silikon
merupakan komponen utama dari kaca, semen, keramik, sebagian besar perangkat
semikonduktor, dan silikon (zat plastik yang sering tercampur baur dengan logam
silikon). Silikon juga merupakan konstituen penting dari beberapa jenis baja
dan merupakan bahan tahan api yang digunakan dalam pembuatan enamel dan
tembikar. Unsur silikon dan senyawa intermetaliknya banyak digunakan sebagai
paduan untuk membentuk aluminium, magnesium, tembaga, dan logam lainnya yang
memiliki ketahanan tinggi. Silikon metalurgi dengan kemurnian 98-99% digunakan
sebagai bahan baku dalam pembuatan organosilicic dan resin silikon, segel,
serta pelumas. Dalam bidang elektronik, chip silikon digunakan dalam berbagai
peralatan elektronik. Sel surya juga menggunakan irisan tipis kristal silikon
sebagai salah satu komponen utamanya. Silikon dioksida digunakan sebagai bahan
baku untuk memproduksi unsur silikon dan silikon karbida. Kristal silikon
berukuran besar digunakan untuk gelas piezoelektrik. Dispersi koloid silikon
dalam air digunakan sebagai agen pelapis dan sebagai bahan untuk pembuatan
enamel tertentu.
Efek
Kesehatan Silikon
Silikon
terutama ditemukan dalam jaringan ikat dan kulit. Silikon merupakan unsur tidak
beracun dalam bentuk alaminya seperti pada silika dan silikat. Debu silikon
memiliki sedikit dampak buruk pada paru-paru dan tidak memicu penyakit organik
signifikan. Silikon dapat menyebabkan efek pernapasan kronis terutama dalam
bentuk kristal silika (silikon dioksida). Namun, kemungkinan terbentuknya
kristal silika di alam amat kecil. Kristal silika umumnya akan mempengaruhi
orang-orang yang bekerja di pertambangan, di industri tembikar, pertambangan
granit, dan industri yang melibatkan tanah diatom. Kristal silikon dikenal
mengiritasi kulit dan mata. Menghirup komponen ini akan menyebabkan iritasi
pada paru-paru dan selaput lendir.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air.
Yogyakarta : Kanisius
Hutagalung, Horas P, Deddy Setiapermana, dan Hadi Riyono. 1997. Metode Analisis Air Laut, Sedimen, dan Biota. Jakarta : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Sanusi, Harpasis. 2006. KIMIA LAUT Proses Fisik Kimia dan Interaksinya dengan Lingkungan. Institut Pertanian Bogor : Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
0 komentar:
Posting Komentar