Minggu, 27 Maret 2016

Islam dan Sains Berkaitan Dengan Hujan




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Hujan merupakan anugerah yang diberikan Allah SWT bagi semua makhluk di alam semesta. Tetesan air yang turun dari langit menjadi sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup. Setiap tahun 3–4 miliar liter air dibawa dari lautan menuju daratan untuk dapat dinikmati dan dimanfaatkan manusia.Allah berfirman dalam al-Quran Surat Az-Zukhruf ayat 11 yang artinya "Dan (Dialah) yang menurunkan hujan dari langit menurut kadar tertentu, lalu Kami hidupkan dengan hujan itu negeri yang kering tandus...". Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa hujan yang turun ke bumi itu berdasarkan kadar/takaran yang tepat. Takaran yang tepat tersebut mempunyai dua makna, yaitu Jumlah air hujan yang turun sesuai peruntukannya, dan kecepatan turunnya hujan.
Bumi merupakan satu-satunya planet dalam tata surya yang memiliki paling banyak air.  Volume air yang ada di sekitar bumi berkisar antar 1360 sampai 1385 juta kilometer kubik. Dari jumlah tersebut 97,2 % merupakan air asin yang terdapat di laut dan samudra. Sisanya (2,8 %), merupakan air tawar.
Siklus air merupakan rangkaian peristiwa perpindahan air dari laut ke atmosfer, kemudian dari atmosfer ke tanah, yang akhirnya dari tanah kembali ke laut lagi. Perpindahan air laut menuju atmosfer terjadi melalui proses evaporasi (penguapan).  Pada siang hari, panas matahari menyebabkan air yang ada di samudera, laut, sungai, danau, kolam, sawah, bahkan yang ada dalam tanah, tubuh manusia, hewan, dan tumbuhan menguap menjadi partikel – partikel uap air yang sangat kecil. Partikel – partikel tersebut naik ke lapisan udara yang memiliki temperatur dan tekanan rendah. Di sana, partikel – p artikel tersebut terperangkap oleh butiran debu dan menjadi awan kecil ( awan  cumulus ). Dengan bantuan angin, awan – awan cumulus akan bergabung membentuk awan yang lebih besar.  Gerakan udara vertikal yang terjadi pada atmosfer, menyebabkan awan besar tersebut tumbuh membesar secara vertikal pula. Sehingga gumpalan uap air yang bergerak naik menuju atmosfer yang bersuhu lebih dingin dan dihembus oleh angin menyebabkan uap kehilangan kalor.  Di sana, butiran – butiran es mulai berubah wujud menjadi butiran es yang semakin lama semakin berat sehingga awan tidak mampu lagi ditopang oleh hembusan angin vertikal. Kejadian ini erat kaitannya dengan gaya berat dalam kajian fisika yang mengakibatkan butir air bergerak ke bawah sebagai air hujan. 
Hujan yang berlebihan dapat menjadikan suatu bencana bagi masyarakat. Seperti yang diberitakan di media-media elektronik maupun media sosial bahwasannya di Jakarta merupakan tempat yang menjadi langganan banjir. Masalah timbul taat kala masyarakat merasa tidak diperhatikan oleh pemerintah, sehingga muncul konflik dalam penanggulangan banjir. Jika dikaji secara islam, konflik masalah banjir ini tidak akan muncul. Harus diyakini bahwasannya hujan itu merupakan anugrah yang diberikan Allah kepada umatnya. Bagi sebagian orang hujan dapat dijadikan ladang untuk mencari rezeki seperti menjadi ojek payung di tempat-tempat ramai. Oleh karena itu peristiwa hujan perlu dikaji lebih dalam baik dalam prespektif agama ataupun sains.

B.     Tujuan
1.         Mengetahui ranah integrasi – interkoneksi fenomena hujan dalam prespektif Islam dan fisika.
2.         Mengetahui model integrasi – interkoneksi fenomena hujandalam prespektif Islam dan fisika.


BAB II
DASAR TEORI

A.    Hujan dalam Perspektif Islam
a.       Ontologi
Dalam Al-quran Surat az-Zumar ayat 21, Allah berfirman :
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَلَكَهُ يَنَابِيعَ فِي الْأَرْضِ ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاه مُصْفَرًّا ثُمَّ يَجْعَلُهُ حُطَامًا ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
“ Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. “
Allah SWT menurunkan hujan sebagai rahmat ke bumi bagi makhluk-Nya. Hujan tersebut diturunkan sesuai kadar tertentu yang diperlukan. Sesuai dengan Firman Allah sebagai berikut :
وَالَّذِي نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ فَأَنْشَرْنَا بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا ۚ كَذَٰلِكَ تُخْرَجُونَ
“ Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur). “ (Az Zukhruf:11). 
Dari ayat tersebut dapat diambil pengertian bahwa hujan diturunkan dari langit sesuai dengan kebutuhan manusia, tidak kurang sehingga menyebabkan tanah tandus dan tidak berlebihan sehingga menyebabkan kemudharatan seperti yang diturunkan kepada umat Nabi Nuh AS.
Secaraontologi, hujan merupakan air yang diturunkan dari langit sebagai anugerah dari Allah SWT untuk makhluk-Nya. Sebab dari hujan tersebut Allah menjadikan tanah subur, serta menumbuhkan berbagai macam tumbuhan di atasnya. Namun hujan yang berlebihan pada suatu lokasi dapat menimbulkan bencana alam, misalnya banjir, longsor, dan sebagainya.
Seperti yang telah diketahui, bahwa atmosfer memiliki beberapa lapisan. Pada setiap lapisan memiliki masing-masing fungsi tersendiri. Salah satunya adalah lapisan troposfer yang berada pada ketinggian 13 hingga 15 km di atas permukaan bumi dan merupakan tempat berkumpulnya uap air.
Hujan yang turun ke bumi, tidak hanya dalam bentuk air atau es saja. Namun bisa juga dalam bentuk embun dan kabut. Hujan yang ketika jatuh ke permukaan bumi bertemu dengan udara yang kering, maka sebagian hujan dapat menguap kembali ke udara. Bentuk serta ukuran hujan bermacam – macam. Bentuk air hujan yang kecil adalah hampir bulat. Sedangakan yang lebih besar berbentuk lebih ceper seperti burger. Dan yang lebih besar lagi berbentuk payung terjun. Hujan yang besar memiliki kecepatan yang lebih tinggi, sehingga akan terasa sakit jika mengenai anggota badan. 
b.      Epistimologi
Proses terbentuknya hujan masih merupakan misteri besar bagi orang-orang dalam waktu yang lama. Baru setelah radar cuaca ditemukan, bisa didapatkan tahap-tahap pembentukan hujan. Pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, "bahan baku" hujan naik ke udara, lalu awan terbentuk. Akhirnya, curahan hujan terlihat. Tahap-tahap ini ditetapkan dengan jelas dalam Al-Qur’an berabad-abad yang lalu, yang memberikan informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan. Dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 48 telah dijelaskan mengenai proses tejadinya hujan sebagai berikut:


"Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka, apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira" (Al Qur'an, 30:48)


Gambar 1. butiran-butiran air yang lepas ke udara adalah tahap pertama dalam proses pembentukan hujan. Setelah itu, butiran-butiran air dalam awan yang baru saja terbentuk akan melayang di udara untuk kemudian menebal, menjadi jenuh, dan turun sebagai hujan. Seluruh tahapan ini disebutkan dalam Al Qur'an.

Berikut ini penjelasan ayat diatas:
1.       "Dialah Allah Yang mengirimkan angin..."
Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut "perangkap air".
2.        “...lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal..."
Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan diamter antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan.
3.      "...lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya..."
Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel -partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.
Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu, tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di bumi, lagi-lagi Al-Qur’anlah yang menyediakan penjelasan yang paling benar mengenai fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang pada ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan.
Dalam ayat lain, informasi tentang proses pembentukan hujan dijelaskan pula pada surat An-Nur ayat 43: 



"Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan- gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (Al Qur'an, 24:43)
Para ilmuwan yang mempelajari jenis-jenis awan mendapatkan temuan yang mengejutkan berkenaan dengan proses pembentukan awan hujan. Terbentuknya awan hujan yang mengambil bentuk tertentu, terjadi melalui sistem dan tahapan tertentu pula. Tahap-tahap pembentukan kumulonimbus, sejenis awan hujan, adalah sebagai berikut:
1.      Pergerakan awan oleh angin:
Awan-awan dibawa, dengan kata lain, ditiup oleh angin.
2.      Pembentukan awan yang lebih besar:
Kemudian awan-awan kecil (awan kumulus) yang digerakkan angin, saling bergabung dan membentuk awan yang lebih besar.
3.      Pembentukan awan yang bertumpang tindih:
Ketika awan-awan kecil saling bertemu dan bergabung membentuk awan yang lebih besar, gerakan udara vertikal ke atas terjadi di dalamnya meningkat. Gerakan udara vertikal ini lebih kuat di bagian tengah dibandingkan di bagian tepinya. Gerakan udara ini menyebabkan gumpalan awan tumbuh membesar secara vertikal, sehingga menyebabkan awan saling bertindih-tindih. Membesarnya awan secara vertikal ini menyebabkan gumpalan besar awan tersebut mencapai wilayah-wilayah atmosfir yang bersuhu lebih dingin, di mana butiran-butiran air dan es mulai terbentuk dan tumbuh semakin membesar. Ketika butiran air dan es ini telah menjadi berat sehingga tak lagi mampu ditopang oleh hembusan angin vertikal, mereka mulai lepas dari awan dan jatuh ke bawah sebagai hujan air, hujan es dan sebagainnya.


                                   Gambar 2. Awan cumulonimbus. Setelah ditumpuk ke atas, 
                                air hujan turun darinya.(Weather and Climate, Bodin, hal. 123.)
a.       Aksiologi
Dalam Al-Qur’an, terdapat banyak ayat yang mengundang perhatian kita pada fungsi istimewa hujan, yakni “air hujan dapat dikonsumsi dan ada khasiatnya”seperti dalam Al-Qur’an surah al-Furqaan ayat 48-50 yaitu:
(48) “Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan), dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih”.
(49) “Agar Kami menghidupakndari air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar kami member minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak danm anusia yang banyak”.
(50) “Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (daripadanya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (nikmat)”
Selain menghidupkan tanah yang mati, hujan juga dapat menyuburkan tanah. Air yang bermuatan “penyubur ini” terangkat ke langit oleh angin dan setelah beberapa saat kemudian jatuh ke tanah di dalam air hujan. Benih dan tanaman di bumi mendapati banyak garam metalik dan unsur-unsur yang esensial bagi pertumbuhan mereka di sini di air hujan ini.

b.      Hujan Perspektif Fisika
a.       Ontologi
Dalam kajian fisika, zat diartikan sebagai sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa. Menurut wujudnya, zat digolongkan menjadi tiga, yaitu zat padat, cair dan gas. Zat dapat berubah wujud dari satu fase ke fase lainnya. Perubahan termodinamika fase tersebut terjadi karena adanya peristiwa pelepasan atau penyerapan energi. Perubahan wujud tersebut akan terjadi ketika zat mencapai suatu titik tertentu yang biasanya dikuantitaskan pada suhu tertentu. Misalnya untuk berubah fase menjadi padat, air akan melepas kalor dan mengalami proses pembekuan pada suhu 0˚C. Sedangkan untuk berubah fase menjadi gas, air menerima kalor sehingga mengalami proses penguapan. Hal tersebut sesuai dengan Asas Black yang berbunyi:"Pada pencampuran dua zat, banyaknya kalor yang dilepas zat yang suhunya lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diterima zat yang suhunya lebih rendah"

b.      Epistimologi
1.    Siklus Hidrologi
Sesuai dengan QS Az Zukhruf ayat 11 yang telah disebutkan di atas, Allah menurunkan air di bumi ini sesuai dengan kadarnya. Artinya, Allah telah menetapkan jumlah air di bumi ini sesuai kebutuhan manusia. Dan berkat kemahakuasaan Allah,  jumlah tersebut tidak berkurang atau bertambah. Seandainya volume air di bumi bertambah, sudah pasti bumi ini akan tenggelam. Hal itu bisa terjadi karena adanya siklus air (hydrological cycle). 
Siklus air merupakan rangkaian peristiwa perpindahan air dari laut ke atmosfer, kemudian dari atmosfer ke tanah, yang akhirnya dari tanah kembali ke laut lagi. Perpindahan air laut menuju atmosfer terjadi melalui proses evaporasi (penguapan).  Pada siang hari, panas matahari menyebabkan air yang ada di samudera, laut, sungai, danau, kolam, sawah, bahkan yang ada dalam tanah, tubuh manusia, hewan, dan tumbuhan menguap menjadi partikel – partikel uap air yang sangat kecil. Partikel – partikel tersebut naik ke lapisan udara yang memiliki temperatur dan tekanan rendah. Di sana, partikel – p artikel tersebut terperangkap oleh butiran debu dan menjadi awan kecil ( awan  cumulus ). Dengan bantuan angi, awan – awan cumulus akan bergabung membentuk awan yang lebih besar.  Gerakan udara vertikal yang terjadi pada atmosfer, menyebabkan awan besar tersebut tumbuh membesar secara vertikal pula. Sehingga gumpalan uap air yang bergerak naik meuju atmosfer yang bersuhu lebih dingin dan dihembus oleh angin menyebabkan uap kehilangan kalor.  Di sana, butiran – butiran es mulai berubah wujud menjadi butiran es yang semakin lama semakin berat sehingga awan tidak mampu lagi ditopang oleh hembusan angin vertikal. Kejadian ini erat kaitannya dengan gaya berat dalam kajian fisika yang mengakibatkan butir air bergerak ke bawah sebagai air hujan. 
“Setiap tahun, sekitar 380 ribu kilometer kubik air menguap ke udara. Sebagian besarnya (320 ribu kilometer kubik) berasal dari lautan, dan sisanya (60 ribu kilometer kubik) dari daratan” .Angka tersebut sama dengan jumlah hujan yang turun ke bumi, yakni sebanyak 284 ribu kilometer kubik jatuh ke lautan dan 96 ribu kilometer kubik jatuh ke daratan. Dari 96 ribu tersebut, 36 ribu kilometer kubik kembali ke lautan melalui lairan sungai.
Siklus air di bumi merupakan suatu fenomena yang menunjukkan kemahabesaran Allah dengan segala kuasa-Nya dalam mengatur alam semesta ini. Sebab jumlah air bumi yang tidak pernah berkurang atau bertambah sepanjang abad ini dialirkan ke berbagai penjuru di dunia untuk memenuhi kebutuhan makhluk-Nya.  Siklus hidrologi merupakan proses daur ulang untuk membersihkan air dari berbagai kotoran dan sesuatu yang mencemarinya.  Proses tersebut juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan temperatur bumi.
Air yang ada di permukaan tanah serta di dalam tanah sangat deiperlukan oleh semua makhluk hidup. Oleh sebab itu apabila terjadi pemutusan siklus hidrologi akan berakibat fatal pada kesetimbangan di dunia ini. Allah telah menganugerahkan nikmat kepada makhluk-Nya, maka sudah seharusnya kita menjaga serta memeliharanya. 
2.      Kecepatan Hujan
Sesuai dengan Firman Allah Alquran Surat Az Zukhruf ayat 11 yang telah disebutkan di atas, bahwa Allah telah menurunkan hujan sesuai dengan kadarnya. Di sini, kadar hujan bisa bermakna jumlah hujan yang turun ke bumi atau kecepatan hujan. Ternyata terdapat keajaiban berkaitan dengan kecepatan turunnya air hujan.
Turunnya hujan dari langit merupakan fenomena yang masih belum bisa dijelaskan secara tuntas oleh ilmu pengetahuan modern. Menurut Ahli fisika, kecepatan rata-rata air hujan adalah 8-10 km/jam. Namun jika dibuktikan dengan perhitungan rumus fisika, terdapat perbedaan yang sangat signifikan.
Ketinggian minimum untuk awan hujan adalah 1200 m. Menurut teori gerak jatuh bebas dengan mengabaikan gaya gesek akan diperoleh persamaan sebagai berikut:
           
Jadi kecepatan hujan jika diabaikan gaya geseknya pada ketinggian minimum adalah 552,96 km/jam. Efek yang ditimbulkan setetes air hujan  yang jatuh dari ketinggian 1200 m sama dengan benda seberat 1 kg dijatuhkan dari ketinggian 15 cm. Dengan melihat Volume air hujan yang sebesar itu maka satu tetes air hujan dapat menembus ke dalam tubuh kita atau minimal membuat memar. Sedangkan pada ketinggian maksimum awan hujan, yaitu  10.000 m diperoleh persamaan :
           
Jadi kecepatan hujan jika diabaikan gaya geseknya pada ketinggian maksimum adalah 1.593,792 km/jam. Efek yang ditimbulkan setetes air hujan  yang jatuh dari ketinggian 10.000 m sama dengan benda seberat 1 kg dijatuhkan dari ketinggian 110 cm. Tetapi faktanya air hujan begitu lembut ketika jatuh ke bumi. Jika gaya gesek diperhitungkan, maka pada ketinggian minimum :

Bahkan dengan memperhitungkan gaya gesek, tetap belum bisa menjawab mengapa kecepatan rata-rata air hujan adalah 8-10 km/jam.  Para ilmuan saat ini sepakat bahwa, air jatuh ke bumi dengan kecepatan yang rendah karena titik hujan memiliki bentuk khusus yang meningkatkan efek gesekan atmosfer, kemudian air hujan terurai unsurnya sehingga menjadikan air hujan lebih ringan dan membantu hujan turun ke bumi dengan kecepatan yang lebih rendah. Andaikan bentuk titik hujan berbeda, andaikan hujan tidak terurai atau andaikan atmosfer tidak memiliki sifat gesekan (bayangkan jika hujan terjadi seperti gelembung air yang besar yang turun dari langit), maka bumi akan menghadapi kehancuran setiap turun hujan. Namun Allah Maha Pemurah , sehinga Dia tidak menciptakan yang sedemikian itu Jika berkurang maka akan mengalami kekeringan, ataupun jika berlebihan maka bumi ini akan tenggelam. 
 

BAB III
PEMBAHASAN

          Disiplin ilmu yang memberikan informasi pada disiplin ilmu yang lain disebut model integrasi-interkoneksi informatif. Al-Quran telah memberikan berbagai informasi mengenai segala hal yang ada di dunia ini termasuk peristiwa yang terjadi di dalamnya. Salah satu peristiwa alam yang telah dijelaskan yaitu fenomena hujan. Hujan merupakan rahmat yang diberikan oleh Allah SWT yang sangat bermanfaat bagi makhluk hidup. Hujan–yang memiliki peranan penting bagi semua makhluk hidup, termasuk manusia disebutkan pada beberapa ayat dalam Al-Qur’an mengenai informasi penting tentang hujan, kadar dan pengaruh-pengaruhnya. Secara umum, jumlah hujan yang turun ke bumi selalu sama. Diperkirakan sebanyak 16 ton air di bumi menguap setiap detiknya. Jumlah ini sama dengan jumlah air yang turun ke bumi setiap detiknya. Hal ini menunjukkan bahwa hujan secara terus-menerus bersirkulasi dalam sebuah siklus seimbang menurut “ukuran” tertentu.
          Integrasi-interkoneksi fenomena hujan dalam perspektif Islam dan fisika memiliki tiga ranah yaitu ranah ontologi, epistimologi dan aksiologi. Ranah ontologi dalam perspektif Islam ini maksudnya air yang diturunkan dari langit yang menjadi sumber-sumber air di bumi. Sedangkan dalam perspektif fisika, hujan merupakan zat diartikan sebagai sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa. Menurut wujudnya, zat digolongkan menjadi tiga, yaitu zat padat, cair dan gas. Zat dapat berubah wujud dari satu fase ke fase lainnya. Perubahan termodinamika fase tersebut terjadi karena adanya peristiwa pelepasan atau penyerapan energi. Perubahan wujud tersebut akan terjadi ketika zat mencapai suatu titik tertentu yang biasanya dikuantitaskan pada suhu tertentu. Misalnya untuk berubah fase menjadi padat, air akan melepas kalor dan mengalami proses pembekuan pada suhu 0˚C. Sedangkan untuk berubah fase menjadi gas, air menerima kalor sehingga mengalami proses penguapan.
          Ranah epistimologi dalam perspektif Islam lebih pada pembentukan hujan yang berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, "bahan baku" hujan naik ke udara, lalu awan terbentuk. Akhirnya, curahan hujan terlihat. Tahap-tahap ini ditetapkan dengan jelas dalam Al-Qur’an berabad-abad yang lalu, yang memberikan informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan. Dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 48 yang telah dijelaskan mengenai proses tejadinya hujan. Sedangkan dalam perspektif fisika, ranah epistimolgi merupakan siklus air hujan yang merupakan rangkaian peristiwa perpindahan air dari laut ke atmosfer, kemudian dari atmosfer ke tanah, yang akhirnya dari tanah kembali ke laut lagi. Perpindahan air laut menuju atmosfer terjadi melalui proses evaporasi (penguapan).  Pada siang hari, panas matahari menyebabkan air yang ada di samudera, laut, sungai, danau, kolam, sawah, bahkan yang ada dalam tanah, tubuh manusia, hewan, dan tumbuhan menguap menjadi partikel – partikel uap air yang sangat kecil. Partikel – partikel tersebut naik ke lapisan udara yang memiliki temperatur dan tekanan rendah. Di sana, partikel – p artikel tersebut terperangkap oleh butiran debu dan menjadi awan kecil ( awan  cumulus ). Dengan bantuan angi, awan – awan cumulus akan bergabung membentuk awan yang lebih besar.
      Ranah aksiologi dalam perspektif Islam fungsi istimewa hujan, yakni “air hujan dapat dikonsumsi dan ada khasiatnya”seperti dalam Al-Qur’an surah al-Furqaan ayat 48-50 yang kandungan ayatnya adalah hujan dapat menghidupakan negeri (tanah) yang mati, dan untuk dimanfaatkan bagi makhlukNya. Selain menghidupkan tanah yang mati, hujan juga dapat menyuburkan tanah.

BAB IV
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan yang telah kami sampaikan sebelumnya, maka ada beberapa kesimpulan yang dapat kami ambil, yaitu:
1.         Ranah integrasi – interkoneksi antara aspek islam dan sains yaitu dalam ranah ontologi, epistimologi dan aksiologi yang meliputi apa itu hujan kemudian proses terjadinya hujan dan fungsi hujan.
2.         Model integrasi – interkoneksi pada ranah yang telah disebutkan diatas adalah informatif, dimana ayat-ayat al-Qur’an yang dipaparkan dapat memberikan informasi bagi sains terutama dalam perspektif fisika.

B.       Saran
Adapun saran yang dapat kami tawarkan adalah:
1.    Untuk menyempurnakan kajian ini perlu adanya penelitian lebih lanjut dari berbagai pihak yang berminat meneliti tentang fenomena hujan yang ditinjau dari pesepektif lain seperti biologi dan kimia
2.      Menciptakan dan mengembangkan teknologi tepat guna yang dapat menenjelaskan fenomena hujan sesuai perkembangan sains dan teknologi saat ini





DAFTAR PUSTAKA

Mulyono, Agus dan Ahmad Abtokhi.2006.Fisika dan Al-qur’an.Malang: UIN-Malang Press
Purwanto, Agus. 2012. NalarAyat-AyatSemesta.Bandung: PenerbitMizan
http://id.wikipedia.org/wiki/Asas_Black  (diakses pada 5 Mei 2014 pukul 19:55 WIB)
http://fisikadankajiannya.blogspot.com/2012/03/hujan-2-dalam-al-quran-kajian-fisika.html  (diakses pada 5 Mei 2014 pukul 19:59 WIB)































0 komentar:

Posting Komentar