BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hujan merupakan anugerah yang diberikan Allah SWT bagi semua
makhluk di alam semesta. Tetesan air yang turun dari langit menjadi sumber
kehidupan bagi semua makhluk hidup. Setiap tahun 3–4 miliar liter air dibawa
dari lautan menuju daratan untuk dapat dinikmati dan dimanfaatkan manusia.Allah
berfirman dalam al-Qur’an Surat Az-Zukhruf ayat 11 yang
artinya "Dan (Dialah) yang menurunkan hujan dari langit menurut kadar
tertentu, lalu Kami hidupkan dengan hujan itu negeri yang kering tandus...".
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa hujan yang turun ke bumi itu
berdasarkan kadar/takaran yang tepat. Takaran yang tepat tersebut mempunyai dua
makna, yaitu Jumlah air hujan yang turun sesuai peruntukannya, dan kecepatan
turunnya hujan.
Bumi merupakan satu-satunya planet dalam tata surya yang
memiliki paling banyak air. Volume air yang ada di sekitar bumi berkisar
antar 1360 sampai 1385 juta kilometer kubik. Dari jumlah tersebut 97,2 %
merupakan air asin yang terdapat di laut dan samudra. Sisanya (2,8 %),
merupakan air tawar.
Siklus air merupakan rangkaian peristiwa perpindahan air
dari laut ke atmosfer, kemudian dari atmosfer ke tanah, yang akhirnya dari
tanah kembali ke laut lagi. Perpindahan air laut menuju atmosfer terjadi melalui
proses evaporasi (penguapan). Pada siang hari, panas matahari menyebabkan
air yang ada di samudera, laut, sungai, danau, kolam, sawah, bahkan yang ada
dalam tanah, tubuh manusia, hewan, dan tumbuhan menguap menjadi partikel –
partikel uap air yang sangat kecil. Partikel – partikel tersebut naik ke
lapisan udara yang memiliki temperatur dan tekanan rendah. Di sana, partikel –
p artikel tersebut terperangkap oleh butiran debu dan menjadi awan kecil (
awan cumulus ). Dengan bantuan angin, awan – awan cumulus akan bergabung
membentuk awan yang lebih besar. Gerakan udara vertikal yang terjadi pada
atmosfer, menyebabkan awan besar tersebut tumbuh membesar secara vertikal pula.
Sehingga gumpalan uap air yang bergerak naik menuju atmosfer yang bersuhu lebih
dingin dan dihembus oleh angin menyebabkan uap kehilangan kalor. Di sana,
butiran – butiran es mulai berubah wujud menjadi butiran es yang semakin lama
semakin berat sehingga awan tidak mampu lagi ditopang oleh hembusan angin
vertikal. Kejadian ini erat kaitannya dengan gaya berat dalam kajian fisika
yang mengakibatkan butir air bergerak ke bawah sebagai air hujan.
Hujan yang berlebihan dapat menjadikan suatu bencana bagi
masyarakat. Seperti yang diberitakan di media-media elektronik maupun media sosial
bahwasannya di Jakarta merupakan tempat yang menjadi langganan banjir. Masalah
timbul taat kala masyarakat merasa tidak diperhatikan oleh pemerintah, sehingga
muncul konflik dalam penanggulangan banjir. Jika dikaji secara islam, konflik
masalah banjir ini tidak akan muncul. Harus diyakini bahwasannya hujan itu
merupakan anugrah yang diberikan Allah kepada umatnya. Bagi sebagian orang
hujan dapat dijadikan ladang untuk mencari rezeki seperti menjadi ojek payung
di tempat-tempat ramai. Oleh karena itu peristiwa hujan perlu dikaji lebih
dalam baik dalam prespektif agama ataupun sains.
B.
Tujuan
1.
Mengetahui ranah integrasi –
interkoneksi fenomena hujan dalam prespektif Islam dan fisika.
2.
Mengetahui model integrasi –
interkoneksi fenomena hujandalam prespektif Islam dan fisika.
BAB II
DASAR TEORI
A.
Hujan dalam Perspektif Islam
a.
Ontologi
Dalam Al-quran Surat az-Zumar ayat 21, Allah
berfirman :
أَلَمْ
تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَلَكَهُ يَنَابِيعَ فِي
الْأَرْضِ ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ ثُمَّ يَهِيجُ
فَتَرَاه مُصْفَرًّا ثُمَّ يَجْعَلُهُ حُطَامًا ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ
لِأُولِي الْأَلْبَابِ
“ Apakah kamu tidak memperhatikan,
bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber
air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang
bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya
kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal. “
Allah
SWT menurunkan hujan sebagai rahmat ke bumi bagi makhluk-Nya. Hujan tersebut
diturunkan sesuai kadar tertentu yang diperlukan. Sesuai dengan Firman Allah
sebagai berikut :
وَالَّذِي نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً
بِقَدَرٍ فَأَنْشَرْنَا بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا ۚ كَذَٰلِكَ تُخْرَجُونَ
“ Dan Yang menurunkan air dari langit
menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang
mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur). “ (Az
Zukhruf:11).
Dari
ayat tersebut dapat diambil pengertian bahwa hujan diturunkan dari langit
sesuai dengan kebutuhan manusia, tidak kurang sehingga menyebabkan tanah tandus
dan tidak berlebihan sehingga menyebabkan kemudharatan seperti yang diturunkan
kepada umat Nabi Nuh AS.
Secaraontologi, hujan merupakan air yang
diturunkan dari langit sebagai anugerah dari
Allah SWT untuk
makhluk-Nya. Sebab dari hujan tersebut Allah menjadikan tanah subur, serta
menumbuhkan berbagai macam tumbuhan di atasnya. Namun hujan yang berlebihan
pada suatu lokasi dapat menimbulkan bencana alam, misalnya banjir, longsor, dan
sebagainya.
Seperti
yang telah diketahui, bahwa atmosfer memiliki beberapa lapisan. Pada setiap
lapisan memiliki masing-masing fungsi tersendiri. Salah satunya adalah lapisan
troposfer yang berada pada ketinggian 13 hingga 15 km di atas permukaan bumi
dan merupakan tempat berkumpulnya uap air.
Hujan
yang turun ke bumi, tidak hanya dalam bentuk air atau es saja. Namun bisa juga
dalam bentuk embun dan kabut. Hujan yang ketika jatuh ke permukaan bumi bertemu
dengan udara yang kering, maka sebagian hujan dapat menguap kembali ke udara.
Bentuk serta ukuran hujan bermacam – macam. Bentuk air hujan yang kecil adalah
hampir bulat.
Sedangakan yang lebih besar berbentuk lebih ceper seperti burger. Dan yang
lebih besar lagi berbentuk payung terjun. Hujan yang besar memiliki kecepatan
yang lebih tinggi, sehingga akan terasa sakit jika mengenai anggota badan.
b.
Epistimologi
Proses terbentuknya hujan masih
merupakan misteri besar bagi orang-orang dalam waktu yang lama. Baru setelah
radar cuaca ditemukan, bisa didapatkan tahap-tahap pembentukan hujan. Pembentukan
hujan berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, "bahan baku" hujan naik
ke udara, lalu awan terbentuk. Akhirnya, curahan hujan terlihat. Tahap-tahap
ini ditetapkan dengan jelas dalam Al-Qur’an berabad-abad yang lalu, yang
memberikan informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan. Dalam Al-Qur’an
surat Ar-Rum ayat 48 telah dijelaskan mengenai proses tejadinya hujan sebagai
berikut:
"Dialah Allah Yang mengirimkan
angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit
menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu
lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka, apabila hujan itu turun
mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi
gembira" (Al Qur'an, 30:48)
Gambar 1.
butiran-butiran air yang lepas ke udara adalah tahap pertama dalam proses
pembentukan hujan. Setelah itu, butiran-butiran air dalam awan yang baru saja
terbentuk akan melayang di udara untuk kemudian menebal, menjadi jenuh, dan
turun sebagai hujan. Seluruh tahapan ini disebutkan dalam Al Qur'an.
Berikut
ini penjelasan ayat diatas:
1.
"Dialah Allah Yang mengirimkan
angin..."
Gelembung-gelembung udara yang
jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan, pecah
terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit.
Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan
bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol,
membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi
dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut
"perangkap air".
2.
“...lalu angin itu menggerakkan awan
dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan
menjadikannya bergumpal-gumpal..."
Awan-awan terbentuk dari uap air
yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di
udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan diamter antara 0,01
dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit.
Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan.
3.
"...lalu kamu lihat air hujan
keluar dari celah-celahnya..."
Partikel-partikel air yang
mengelilingi butir-butir garam dan partikel -partikel debu itu mengental dan
membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada
udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.
Semua tahap pembentukan hujan telah
diceritakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu, tahap-tahap ini dijelaskan
dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di bumi,
lagi-lagi Al-Qur’anlah yang menyediakan penjelasan yang paling benar mengenai
fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang pada
ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan.
Dalam ayat lain, informasi tentang proses pembentukan hujan
dijelaskan pula pada surat An-Nur ayat 43:
"Tidaklah
kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara
(bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah
olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan
(butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan- gumpalan awan
seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada
siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya.
Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (Al Qur'an, 24:43)
Para ilmuwan yang mempelajari
jenis-jenis awan mendapatkan temuan yang mengejutkan berkenaan dengan proses
pembentukan awan hujan. Terbentuknya awan hujan yang mengambil bentuk tertentu,
terjadi melalui sistem dan tahapan tertentu pula. Tahap-tahap pembentukan
kumulonimbus, sejenis awan hujan, adalah sebagai berikut:
1.
Pergerakan
awan oleh angin:
Awan-awan
dibawa, dengan kata lain, ditiup oleh angin.
2.
Pembentukan
awan yang lebih besar:
Kemudian awan-awan
kecil (awan kumulus) yang digerakkan angin, saling bergabung dan membentuk awan
yang lebih besar.
3.
Pembentukan
awan yang bertumpang tindih:
Ketika
awan-awan kecil saling bertemu dan bergabung membentuk awan yang lebih besar,
gerakan udara vertikal ke atas terjadi di dalamnya meningkat. Gerakan udara
vertikal ini lebih kuat di bagian tengah dibandingkan di bagian tepinya.
Gerakan udara ini menyebabkan gumpalan awan tumbuh membesar secara vertikal,
sehingga menyebabkan awan saling bertindih-tindih. Membesarnya awan secara
vertikal ini menyebabkan gumpalan besar awan tersebut mencapai wilayah-wilayah
atmosfir yang bersuhu lebih dingin, di mana butiran-butiran air dan es mulai
terbentuk dan tumbuh semakin membesar. Ketika butiran air dan es ini telah menjadi
berat sehingga tak lagi mampu ditopang oleh hembusan angin vertikal, mereka
mulai lepas dari awan dan jatuh ke bawah sebagai hujan air, hujan es dan
sebagainnya.
Gambar 2. Awan
cumulonimbus. Setelah ditumpuk ke atas,
air hujan turun darinya.(Weather
and Climate, Bodin, hal. 123.)
a. Aksiologi
Dalam Al-Qur’an, terdapat banyak ayat yang mengundang perhatian
kita pada fungsi istimewa hujan, yakni “air hujan dapat dikonsumsi dan ada
khasiatnya”seperti dalam Al-Qur’an surah al-Furqaan ayat 48-50 yaitu:
(48) “Dialah yang meniupkan angin
(sebagai) pembawa kabar dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya
(hujan), dan Kami turunkan dari langit air
yang amat
bersih”.
(49) “Agar
Kami menghidupakndari air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar
kami member
minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk
Kami, binatang-binatang ternak danm anusia yang
banyak”.
(50) “Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia
supaya mereka mengambil pelajaran (daripadanya); maka kebanyakan manusia itu
tidak mau kecuali mengingkari (nikmat)”
Selain menghidupkan tanah yang mati, hujan juga dapat menyuburkan tanah. Air
yang bermuatan “penyubur ini” terangkat ke langit oleh angin dan setelah
beberapa saat kemudian jatuh ke tanah di dalam air hujan. Benih dan tanaman di
bumi mendapati banyak garam metalik dan unsur-unsur yang esensial bagi
pertumbuhan mereka di sini di air hujan ini.
b. Hujan Perspektif
Fisika
a.
Ontologi
Dalam kajian fisika, zat diartikan sebagai
sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa. Menurut wujudnya, zat
digolongkan menjadi tiga, yaitu zat padat, cair dan gas. Zat dapat berubah
wujud dari satu fase ke fase lainnya. Perubahan termodinamika fase tersebut
terjadi karena adanya peristiwa pelepasan atau penyerapan energi. Perubahan
wujud tersebut akan terjadi ketika zat mencapai suatu titik tertentu yang
biasanya dikuantitaskan pada suhu tertentu. Misalnya
untuk berubah fase menjadi padat, air akan melepas kalor dan mengalami proses
pembekuan pada suhu 0˚C. Sedangkan untuk berubah fase menjadi gas, air menerima
kalor sehingga mengalami proses penguapan. Hal tersebut sesuai dengan Asas
Black yang berbunyi:"Pada pencampuran dua zat, banyaknya kalor yang
dilepas zat yang suhunya lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diterima
zat yang suhunya lebih rendah"
b.
Epistimologi
1.
Siklus Hidrologi
Sesuai dengan QS Az Zukhruf ayat 11 yang telah
disebutkan di atas, Allah menurunkan air di bumi ini sesuai dengan kadarnya.
Artinya, Allah telah menetapkan jumlah air di bumi ini sesuai kebutuhan
manusia. Dan berkat kemahakuasaan Allah, jumlah tersebut tidak berkurang
atau bertambah. Seandainya volume air di bumi bertambah, sudah pasti bumi ini
akan tenggelam. Hal itu bisa terjadi karena adanya siklus air (hydrological
cycle).
Siklus air merupakan rangkaian peristiwa
perpindahan air dari laut ke atmosfer, kemudian dari atmosfer ke tanah, yang
akhirnya dari tanah kembali ke laut lagi. Perpindahan air laut menuju atmosfer
terjadi melalui proses evaporasi (penguapan). Pada siang hari, panas
matahari menyebabkan air yang ada di samudera, laut, sungai, danau, kolam,
sawah, bahkan yang ada dalam tanah, tubuh manusia, hewan, dan tumbuhan menguap
menjadi partikel – partikel uap air yang sangat kecil. Partikel – partikel
tersebut naik ke lapisan udara yang memiliki temperatur dan tekanan rendah. Di
sana, partikel – p artikel tersebut terperangkap oleh butiran debu dan menjadi
awan kecil ( awan cumulus ). Dengan bantuan angi, awan – awan cumulus
akan bergabung membentuk awan yang lebih besar. Gerakan udara vertikal
yang terjadi pada atmosfer, menyebabkan awan besar tersebut tumbuh membesar
secara vertikal pula. Sehingga gumpalan uap air yang bergerak naik meuju
atmosfer yang bersuhu lebih dingin dan dihembus oleh angin menyebabkan uap
kehilangan kalor. Di sana, butiran – butiran es mulai berubah wujud
menjadi butiran es yang semakin lama semakin berat sehingga awan tidak mampu
lagi ditopang oleh hembusan angin vertikal. Kejadian ini erat kaitannya dengan
gaya berat dalam kajian fisika yang mengakibatkan butir air bergerak ke bawah
sebagai air hujan.
“Setiap tahun, sekitar 380 ribu kilometer kubik
air menguap ke udara. Sebagian besarnya (320 ribu kilometer kubik) berasal dari
lautan, dan sisanya (60 ribu kilometer kubik) dari daratan” .Angka tersebut
sama dengan jumlah hujan yang turun ke bumi, yakni sebanyak 284 ribu kilometer
kubik jatuh ke lautan dan 96 ribu kilometer kubik jatuh ke daratan. Dari 96
ribu tersebut, 36 ribu kilometer kubik kembali ke lautan melalui lairan sungai.
Siklus air di bumi merupakan suatu fenomena
yang menunjukkan kemahabesaran Allah dengan segala kuasa-Nya dalam mengatur
alam semesta ini. Sebab jumlah air bumi yang tidak pernah berkurang atau
bertambah sepanjang abad ini dialirkan ke berbagai penjuru di dunia untuk memenuhi
kebutuhan makhluk-Nya. Siklus hidrologi merupakan proses daur ulang untuk
membersihkan air dari berbagai kotoran dan sesuatu yang mencemarinya.
Proses tersebut juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan temperatur bumi.
Air yang ada di permukaan tanah serta di dalam
tanah sangat deiperlukan oleh semua makhluk hidup. Oleh sebab itu apabila
terjadi pemutusan siklus hidrologi akan berakibat fatal pada kesetimbangan di
dunia ini. Allah telah menganugerahkan nikmat kepada makhluk-Nya, maka sudah
seharusnya kita menjaga serta memeliharanya.
2. Kecepatan
Hujan
Sesuai dengan Firman Allah Alquran Surat Az
Zukhruf ayat 11 yang telah disebutkan di atas, bahwa Allah telah menurunkan
hujan sesuai dengan kadarnya. Di sini, kadar hujan bisa bermakna jumlah hujan
yang turun ke bumi atau kecepatan hujan. Ternyata terdapat keajaiban berkaitan
dengan kecepatan turunnya air hujan.
Turunnya hujan dari langit merupakan fenomena
yang masih belum bisa dijelaskan secara tuntas oleh ilmu pengetahuan modern.
Menurut Ahli fisika, kecepatan rata-rata air hujan adalah 8-10 km/jam. Namun
jika dibuktikan dengan perhitungan rumus fisika, terdapat perbedaan yang sangat
signifikan.
Ketinggian minimum untuk awan hujan adalah 1200
m. Menurut teori gerak jatuh bebas dengan mengabaikan gaya gesek akan diperoleh
persamaan sebagai berikut:
Jadi kecepatan hujan jika diabaikan gaya
geseknya pada ketinggian minimum adalah 552,96 km/jam. Efek yang ditimbulkan
setetes air hujan yang jatuh dari ketinggian 1200 m sama dengan benda
seberat 1 kg dijatuhkan dari ketinggian 15 cm. Dengan melihat Volume air hujan
yang sebesar itu maka satu tetes air hujan dapat menembus ke dalam tubuh kita
atau minimal membuat memar. Sedangkan pada ketinggian maksimum awan hujan,
yaitu 10.000 m diperoleh persamaan :
Jadi kecepatan hujan jika diabaikan gaya
geseknya pada ketinggian maksimum adalah 1.593,792 km/jam. Efek yang
ditimbulkan setetes air hujan yang jatuh dari ketinggian 10.000 m sama
dengan benda seberat 1 kg dijatuhkan dari ketinggian 110 cm. Tetapi faktanya
air hujan begitu lembut ketika jatuh ke bumi. Jika gaya gesek
diperhitungkan, maka pada ketinggian minimum :
Bahkan dengan memperhitungkan gaya gesek, tetap
belum bisa menjawab mengapa kecepatan rata-rata air hujan adalah 8-10
km/jam. Para ilmuan saat ini sepakat bahwa, air jatuh ke bumi dengan
kecepatan yang rendah karena titik hujan memiliki bentuk khusus yang
meningkatkan efek gesekan atmosfer, kemudian air hujan terurai unsurnya
sehingga menjadikan air hujan lebih ringan dan membantu hujan turun ke bumi
dengan kecepatan yang lebih rendah. Andaikan bentuk titik hujan berbeda,
andaikan hujan tidak terurai atau andaikan atmosfer tidak memiliki sifat
gesekan (bayangkan jika hujan terjadi seperti gelembung air yang besar yang
turun dari langit), maka bumi akan menghadapi kehancuran setiap turun hujan.
Namun Allah Maha Pemurah , sehinga Dia tidak menciptakan yang sedemikian itu Jika
berkurang maka akan mengalami kekeringan, ataupun jika berlebihan maka bumi ini
akan tenggelam.
BAB III
PEMBAHASAN
Disiplin ilmu yang memberikan
informasi pada disiplin ilmu yang lain disebut model integrasi-interkoneksi
informatif. Al-Quran telah memberikan berbagai informasi mengenai segala hal
yang ada di dunia ini termasuk peristiwa yang terjadi di dalamnya. Salah satu
peristiwa alam yang telah dijelaskan yaitu fenomena hujan. Hujan merupakan
rahmat yang diberikan oleh Allah SWT yang sangat bermanfaat bagi makhluk hidup.
Hujan–yang memiliki peranan penting bagi semua makhluk hidup, termasuk manusia disebutkan
pada beberapa ayat dalam Al-Qur’an mengenai informasi penting tentang hujan,
kadar dan pengaruh-pengaruhnya. Secara umum, jumlah hujan yang turun ke bumi
selalu sama. Diperkirakan sebanyak 16 ton air di bumi menguap setiap detiknya.
Jumlah ini sama dengan jumlah air yang turun ke bumi setiap detiknya. Hal ini
menunjukkan bahwa hujan secara terus-menerus bersirkulasi dalam sebuah siklus
seimbang menurut “ukuran” tertentu.
Integrasi-interkoneksi fenomena hujan
dalam perspektif Islam dan fisika memiliki tiga ranah yaitu ranah ontologi,
epistimologi dan aksiologi. Ranah ontologi dalam perspektif Islam ini maksudnya
air yang diturunkan dari langit yang menjadi
sumber-sumber air di bumi. Sedangkan dalam perspektif fisika, hujan merupakan zat diartikan
sebagai sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa. Menurut wujudnya, zat
digolongkan menjadi tiga, yaitu zat padat, cair dan gas. Zat dapat berubah
wujud dari satu fase ke fase lainnya. Perubahan termodinamika fase tersebut
terjadi karena adanya peristiwa pelepasan atau penyerapan energi. Perubahan
wujud tersebut akan terjadi ketika zat mencapai suatu titik tertentu yang
biasanya dikuantitaskan pada suhu tertentu. Misalnya
untuk berubah fase menjadi padat, air akan melepas kalor dan mengalami proses
pembekuan pada suhu 0˚C. Sedangkan untuk berubah fase menjadi gas, air menerima
kalor sehingga mengalami proses penguapan.
Ranah epistimologi dalam perspektif
Islam lebih pada pembentukan
hujan yang berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, "bahan baku" hujan
naik ke udara, lalu awan terbentuk. Akhirnya, curahan hujan terlihat.
Tahap-tahap ini ditetapkan dengan jelas dalam Al-Qur’an berabad-abad yang lalu,
yang memberikan informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan. Dalam
Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 48 yang telah dijelaskan mengenai proses tejadinya
hujan. Sedangkan dalam perspektif fisika, ranah epistimolgi merupakan siklus air hujan
yang merupakan rangkaian peristiwa perpindahan air dari laut ke atmosfer,
kemudian dari atmosfer ke tanah, yang akhirnya dari tanah kembali ke laut lagi.
Perpindahan air laut menuju atmosfer terjadi melalui proses evaporasi
(penguapan). Pada siang hari, panas matahari menyebabkan air yang ada di
samudera, laut, sungai, danau, kolam, sawah, bahkan yang ada dalam tanah, tubuh
manusia, hewan, dan tumbuhan menguap menjadi partikel – partikel uap air yang
sangat kecil. Partikel – partikel tersebut naik ke lapisan udara yang memiliki
temperatur dan tekanan rendah. Di sana, partikel – p artikel tersebut
terperangkap oleh butiran debu dan menjadi awan kecil ( awan cumulus ).
Dengan bantuan angi, awan – awan cumulus akan bergabung membentuk awan yang
lebih besar.
Ranah aksiologi dalam perspektif Islam fungsi istimewa
hujan, yakni “air hujan dapat dikonsumsi dan ada khasiatnya”seperti dalam Al-Qur’an surah al-Furqaan ayat 48-50 yang kandungan ayatnya
adalah hujan dapat menghidupakan negeri
(tanah) yang mati, dan untuk dimanfaatkan bagi makhlukNya. Selain menghidupkan tanah yang mati, hujan
juga
dapat
menyuburkan
tanah.
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
pemaparan yang telah kami
sampaikan sebelumnya, maka
ada
beberapa
kesimpulan yang dapat kami
ambil, yaitu:
1.
Ranah
integrasi – interkoneksi
antara
aspek
islam
dan
sains
yaitu
dalam
ranah
ontologi,
epistimologi
dan aksiologi yang meliputi apa itu hujan kemudian proses terjadinya
hujan
dan
fungsi
hujan.
2.
Model
integrasi – interkoneksi pada ranah yang telah
disebutkan
diatas
adalah
informatif, dimana ayat-ayat al-Qur’an yang dipaparkan
dapat
memberikan
informasi bagi
sains
terutama
dalam
perspektif
fisika.
B. Saran
Adapun saran yang dapat kami
tawarkan adalah:
1.
Untuk
menyempurnakan
kajian
ini
perlu
adanya
penelitian
lebih
lanjut
dari
berbagai
pihak
yang berminat
meneliti
tentang
fenomena
hujan yang ditinjau dari pesepektif lain seperti biologi dan kimia
2.
Menciptakan dan mengembangkan teknologi
tepat guna yang dapat menenjelaskan fenomena hujan sesuai perkembangan sains
dan teknologi saat ini
DAFTAR PUSTAKA
Mulyono,
Agus dan Ahmad Abtokhi.2006.Fisika dan Al-qur’an.Malang: UIN-Malang
Press
Purwanto, Agus. 2012. NalarAyat-AyatSemesta.Bandung:
PenerbitMizan
http://id.wikipedia.org/wiki/Asas_Black (diakses pada
5 Mei 2014 pukul 19:55 WIB)
http://fisikadankajiannya.blogspot.com/2012/03/hujan-2-dalam-al-quran-kajian-fisika.html
(diakses pada 5 Mei 2014 pukul 19:59 WIB)
0 komentar:
Posting Komentar