BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
belakang
Dalam mata
kuliah fisika atom dan inti pasti kita telah mengenal dan tidak asing dengan
kata radioisotop. Bagi sebagian orang radioisotop masih memberikan kesan
menyeramkan dan bahkan menakutkan. Namun, sesungguhnya radioisotop telah
memberikan kontribusi yang baik dalam kehidupan manusia. Mereka memberikan
manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapi oleh manusia. Oleh sebab itu mulai dari sekarang kita tidak boleh
takut terhadap radioisotop. Sebenarnya radioisotop bukanlah sesuatu yang
menyeramkan bagi kehidupan manusia melainkan sesuatu yang dapat dimanfaatkan
dan berguna bagi kehidupan manusia.radioisotop juga berperan penting dalam
berbagai bidang di dunia. Mulai dari bidang kesehatan, bidang industri,
pertanian, arkeologi, pertambangan, kimia dan begitu pula dibidang peternakan .
Dalam bidang
peternakan, cara untuk meningkatkan produksi ternak khususnya ruminansia yaitu
dengan cara memperhatikan tiga faktor yaitu: faktor nutrisi, kesehatan dan
reproduksinya. Ketiga faktor tersebut diaplikasikan bersama sehingga
peningkatan produksi ternak secara kuanitatif dan kualitatif dapat tercapai.
Banyak teknologi pakan ternak, vaksinasi dan reproduksi telah diaplikasikan
guna meningkatkan produksi ternak secara optimal. Salah satu bukti yang dapat
dikemukakan adalah masih tingginya
impor sapi bakalan secara nasional guna memenuhi pasokan protein hewani dalam
negeri.
Hal ini menunjukan bahwa masih kurang optimalnya teknologi yang diaplikasikan.
Dewasa ini
teknologi yang berkembang yaitu dengan memanfaatkan energi nuklir. Keuntungan
pengggunaan teknik nuklir dalam bidang peternakan, yaitu kepekaan deteksi
tinggi, akurat untuk perunutan, efektif dan efisien, aman, serta ekonomis. Perunutan
merupakan suatu proses pemanfaatan senyawa yang telah ditandai dengan isotop
atau radioisotop untuk menjadi bagian dari sistem biologi/mekanik sehingga
diketahui mekanisme yang terjadi atau diperoleh suatu hasil pengukuran. Teknik
perunutan dapat menggunakan isotop atau radioisotop. Badan Tenaga Nuklir
Nasional (Batan) sebagai lembaga negara yang bergerak dalam bidang pemanfaatan
nuklir telah brhasil membuat teknologi yang memanfaatkan teknik perunutan
diantaranya adalah suplemen pakan urea multinutrient molasses block (UMMB) dan
radioimmuno assay (RIA).
1.2.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka penulis mengidentifikasikan beberapa identifikasi masalah sebagai
berikut:
1. Kurangnya obat-obatan vaksin dalam penyembuhan
penyakit ternak.
2. Rendahnya nutrisi pakan ternak yang menyebabkan hasil
ternak kurang berkualitas.
3. Rendahnya produksi ternak sehingga membutuhkan impor sampi dari luar negeri.
4. Kurang
optimalnya teknologi yang diaplikasikan untuk meningkatkan produksi ternak dalam negeri.
5. Adanya Lembar Tugas pada Mata Kuliah Pendahuluan
Fisika Atom Inti dengan Dosen Pengampu Bapak C. Yanuarif, M.Si
1.3.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah,
maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah itu radiovaksin?
2. Apakah itu UMMB?
3. Apakah itu RIA?
1.4.
Batasan
Masalah
Dari
topik bahasan, penulis mencoba memberi batasan sebagai berikut:
1. Pemanfaatan
nuklir dibidang peternakan meliputi UMMB, RIA dan radiovaksin.
1.5.
Tujuan
Makalah
Berdasarkan
rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Mahasiswa mengetahui apa itu
radiovaksin
2. Mahasiswa mengetahui apa itu
UMMB
3. Mahasiswa mengetaahui apa itu
RIA
4. Untuk memenuhi Lembar Tugas pada Mata Kuliah
Pendahuluan Fisika Atom Inti dengan Dosen Pengampu Bapak C. Yanuarif, M.Si
BAB II
PEMBAHASAN
Dewasa ini
pemanfaatan radioaktivitas semakin
meluas, diantaranya dalam perkembangan bidang peternakan, salah satunya
meningkatkan kualitas nutrisi pakan, meningkatakan bobot ternak serta pemberian
vaksinpada ternak. Radioaktivitas adalah fenomena pemancaran yang spontan dari
radiasi-radiasi yang ditunjukkan oleh elemen-elemen berat. Salah satu
penggunaan di sin yaitu pada sinar X dan sinar gamma.
2.1. Radiasi
dan Pembuatan Radiovaksin untuk Ternak
Radiasi dapat menurunkan meabolisme
energi dalam sel, sehingga dapat di pergunakan pula untuk melemahkan beberapa
mikroorganisme ata bibit penyakit tertentu pada hewan ternak. Selanjutnya bibit
penyakit yang telah dilemahkan diatas dapat digunakan untuk tujuan pembuatan
radiovaksin. Beberapa contoh radiovaksin untuk ternak:
a. Radiovaksin
untuk penyakit berak darah pada ayam .
b. Radiovaksin
untuk beberapa penyakit cacing pada hewan ternak.
c. Radiovaksin
untuk penyakit tidur pada ternak.
Radiovaksin
adalah teknik pembuatan vaksin dengan cara iradiasi. Definisi vaksin adalah
suatu suspensi mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit tetapi telah
dimodifikasi dengan cara mematikan atau menatenuasi sehingga tidak akan
menimbulkan penyakit dan dapat merangsang pembentukan kekebalan/antibodi bila
diinokulasikan.
Pembuatan
radiovaksin memiliki keunggulan dibandingkan dengan cara konvensional, yaitu
mempercepat proses pembuatan vaksin dengan memperpendek waktu pasasel. Selain
itu, radiovaksin yang diproduksi memiliki kualitas yang sama dengan vaksin
buatan secara konvensional.
Sumber
radiasi yang digunakan untuk pembuatan radiovaksin adalah sinar gama yang
digunakan untuk menurunkan infektivitas, virulensi, dan patogenitas agen
penyakit, tetapi diharapkan mampu merangsang timbulnya kekebalan pada tubuh
terhadap infeksi penyakit.
Penelitian
yang dilakukan saat ini adalah upaya pengembangan vaksin terhadap penyakit
ternak, seperti brucellosis dan mastitis. Selain penelitian radiovaksin
penyakit ternak yang berasal dari mikroorganisme, dilakukan pula penelitian
radiovaksin penyakit ternak yang berasal dari cacing, seperti Coccidiosis,
Fasciolosis, dan Haemonchosis.
Salah
satu hasil penelitian yang telah menjadi produk adalah vaksin koksivet untuk
penyakit Coccidiosis, yaitu penyakit yang disebabkan oleh protozoa Emeria Sp
pada usus yang mengakibatkan berak darah.
Ookista
generasi 1 diiradiasi dengan sinar gamma pada dosis optimum 125 Gy dan
diinokulasikan ke ayam sehingga diperoleh ookista generasi II yang lemah sifat
infektivitas dan patogenitasnya. Selanjutnya, ookista dari generasi II
tersebutlah yang dijadikan vaksin. Vaksin ini diinokulasikan ke ayam berumur
7-10 hari sehingga ayam memiliki kekebalan terhadap penyakit tersebut.
2.2. Urea Molasses Multinutrient
Blok (UMMB)
Rendahnya mutu pakan dengan kandungan serat kasar
yang tinggi, berupa jerami, rumput lapangan dan berbagai jenis hijauan lainnya
menjadi salah satu masalah yang umum dihadapi oleh peternak tradisional. Jenis
pakan ternak tersebut sulit dicerna dan tidak dapat memberikan zat-zat nutrisi
yang berimbang untuk mendukung produktivitas yang optimal. Bertolak dari
cara-cara dan masalah pemeliharaan yang dihadapi para peternak tersebut, Pusat
Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR) - BATAN telah melakukan
penelitian dengan memanfaatkan teknik perunut radioisotop yang berkaitan dengan
proses fermentasi yang terjadi didalam perut ternak ruminansia (kambing, sapi,
kerbau). Penelitian tersebut memberikan hasil berup`a terciptanya pakan Urea
molasses Multinutrient Blok (UMMB) yang mana memberikan dampak dengan
meningkatnya hewan ternak dalam memanfaatkan pakan secara efisien.
Urea molasses Multinutrient Blok (UMMB) adalah pakan
suplemen yang berbentuk blok keras dan agak manis, terdiri dari gabungan
beberapa jenis bahan pakan sebagi sumber energi, molasses, protein, vitamin dan
mineral. UMMB ini merupakan suplemen
pakan (SP) untuk ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing, domba dan
yang lainnya. Ciri khas ternak ruminansia adalah adanya rumen yang merupakan
ekosistem mikroba yang berperan dalam penguraian bahan pakan sebagai protein
bagi ternak.
Pemberian SP bertujuan untuk meningkatkan konsumsi
pakan pada kondisi pemeliaraan tradisional. Kandungan protein kasar UMMB
sekitar 18-21%. UMMB mampu memberikan pertambahan bobot kg/ekor/hari pada sapi
peranakan Frision Holstein (FH), dan sampai 0,5 k`g/ekor/hari pada sapi
Bali. UMMB juga mampu meningkatkan produksi susu dari sebelumnya sampai 2
liter/ekor/hari pada sapi perah peranakan FH di Garut.
Dalam hal ini, teknik nuklir yang
digunakan adalah radio pegion, perunutan radioisotope serta beberapa analisis
unsur berdasarkan emisi radiasi. Disampinhg itu bahan pakan yang digunkan
diutamakan bahan local daerah tertentu sesuai dengan daerah dimana pakan
tersebut akan digunakan. Disamping itu bahan pakan yang dipilih dipastikan
tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Penelitian dengan teknik perunutan
dilakukan secara in-vitro untuk mengetahui produksi biomassa microba di
dalam rumen setelah pakan yang diuji. Semakin tinggi produksi biomassa mikroba,
mala kualitas pakan semakin baik. Radioisotop yang digunakan sebagai perunut
adalah P-32, S-35, dan C-14. P-32 dan S-35 dapat digunakan untuk mengukur
sintesa protein mikrobial didalam rumen, Sedangkan C-14 untuk mengukur
efisiensi pemanfaatan energy oleh mikroba rumen.
Radio pegion juga dapat digunakan untuk
demonstrasi bahan pakan. Selain itu, analisis kandungan mineral pakan yang
diuji dengan teknik nuklir yaitu analisisi pengaktifan netron (APN) atau spektrofotometer
sinar X (CX-Ray Spectrophotometer. Keuntungan penggunaan teknik nuklir
ini adalah dapat melakukan analisis beberapa jenos mineral sekali running
sehingga efisien, dan dapat mendeteksi kandungan mineral rendah dan lebih hemat biaya.
Agar teknologi suplemen tersebut
dapat diterapkan oleh peternak dan mudah dalam penyimpanan serta
transportasinya, maka suplemen tersebut dibuat dalam bentuk padat dari
komposisi bahan tertentu [ urea, molase, onggok, dedak, tepung tulang, lakta
mineral ( kalsium, sulfur), garam dapur, tepung kedelai, dan kapur].
Dari pengembangan teknologi suplemen
pakan ternak bergizi tinggi yaitu molase Blok atau Urea Molasses
Multinutrient Block ( UMMB), sampai saat ini telah dihasilkan sebanyak 6 (
enam) formula dengan berbagai komposisi yang bertujuan agar dapat diterapkan di
daerah yang bahan bakunya dapat disesuaikan dengan formula yang ada.
Beberapa
manfa’at yang didapat dari UMMB adalah :
1. Mengurangi
defisiensi unsur mikro baik mineral, vitamin, asam amino maupun protein
by-pass.
2. Meningkatkan
efisiensi pencernaan pakan dalam lambung ternak ruminansia.
3. Meningkatkan
produksi dan perbaikan kinerja reproduksi.
4. Memperbaiki
nilai gizi pakan.
Dampak sosial ekonomi dari pengamatan lapangan
terhadap penerapan UMMB adalah :
1. Perbaikan
pendapatan peternak
2. Menumbuhkan
Swadaya masyarakat dalam usaha peternakan (pengadaan pakan pokok dan pakan
suplemen
3. Meningkatkan
kemampuan inovasi peternak dalam mengembangkan peralatan pembuatan pakan
suplemen
4. Mendorong
berkembangnya kegiatan usaha baru dalam memproduksi UMMB.
2.3. Radio Immuno Assay (RIA)
Effisiensi reproduksi ternak sapi di Indonesia dilaporkan
masih rendah. Teknologi efektif guna meningkatkan efisiensi tersebut sangat
diperlukan. Analisis profil hormon progesteron dalam darah dengan teknik
radioimmunoassay (RIA) guna mengidentifikasi aktivitas ovarium ternak merupakan
teknik yang telah banyak digunakan untuk mengatasi masalah tersebut, namun
teknik ini sulit diterapkan di Indonesia. Penelitian bertujuan melihat
kemungkinan apakah teknik RIA dapat digunakan untuk menganalisis hormon
progesteron antara feses dan serum (untuk sapi potong) dan antara feses dan
susu (untuk sapi perah). Sampel sapi potong digunakan 10 ekor induk sapi Bali
dan 70 ekor induk sapi perah.
Pengambilan sampel darah dan feses, dilakukan pada periode
kebuntingan, postpartum, selama birahi dan inseminasi buatan. Sampel susu dan
feses diambil bersamaan dari masing-masing fase reproduksi. Sampel feses kering
diekstraksi dengan susu skim. Progresteron dalam sampel serum dan feses hasil
ekstraksi pada berbagai fase reproduksi dianalisis dengan teknik RIA. Tingkat
progesteron dalam feses induk yang bunting dan fase luteal tinggi (lebih besar
300 ng/gDM dan lebih besar 30 ng/gDM masing-masing untuk sapi potong dan sapi
perah)dan sangat rendah pada fase folikel dan setelah melahirkan (mendeteksi 0
ng/gDM). Profil progesteron dalam feses mempunyai korelasi tinggi baik terhadap
progesteron dalam serum maupun susu.
Penelitian tahap II
mengevaluasi aktivitas ovarium dengan melihat profil hormon progesteron dalam
feses. Aktivitas reproduksi pada 2 kelompok ternak sapi dipantau. Dipilih
beberapa ekor sapi yang sudah mengalami siklus birahi, untuk diambil sampel
fesesnya 1-2 kali seminggu selama 2-3 bulan, sedangkan bagi yang baru
melahirkan sampel feses diambil sekali dari berbagai kelompok umur setelah
melahirkan. Tingkat progesteron dan feses dianalisis sama seperti pada
penelitian tahap I. Efisiensi reproduksi khususnya bagi sapi potong masih
rendah. Hal ini ditandai dengan terlambatnya diadakan perkawinan pertama
setelah melahirkan (lebih kurang 138,75 hari) dan tingginya angka s/c (1,7).
Profil progesteron feses menunjukkan level yang tinggi dideteksi pada induk
yang bunting dan fase folikel dan postpartum pada kedua jenis sapi. Level
progesteron dalam feses tersebut sama dengan yang dideteksi pada penelitian
tahap I. Disimpulkan bahwa, walaupun masih dideteksi adanya variasi besar baik
antar fase reproduksi maupun antar jenis sapi, namun teknik RIA inkonvensional
ini bisa untuk mengevaluasi fungsi ovarium pada sapi.
Peningkatan produksi ternak
khususnya ternak ruminansia, dapat dilakukan
dengan cara memperhatikan
faktor nutrisi, kesehatan dan reproduksinya. Ketiga faktor tersebut
harus diaplikasikan bersama
sehingga peningkatan produksi ternak secara
kualitatif dan kuantitatif dapat dicapai. Banyak teknologi pakan ternak, veteriner dan reproduksi telah diaplikasikan guna meningkatkan produksi ternak, namun hasilnya belum dapat meningkatkan produksi ternak secara
optimal.
Salah
satu bukti yang dapat dikemukakan adalah masih tingginya impor sapi bakalan
secara nasional
yang dilakukan oleh pemerintah guna memenuhi
kebutuhan pasokan protein hewani dalam negeri. Selain itu, dalam meningkatkan populasi ternak
sapi — melalui program inseminasi buatan
(IB) — nilai laju kebuntingan (conception rate: CR) masih di bawah 40% dengan rasio layanan inseminasi per kebuntingan (service per conception: SIC) hanya mencapai angka 3,5.
Hal mi menunjukkan bahwa program lB yang dilaksanakan pemerintah kurang berhasil
dan kemungkinan disebabkan oleh beberapa kemungkinan, antara lain: waktu layanan lB yang tidak tepat, siklus berahi ternak sapi betina yang tidak teratur, aktivitas ovarium
yang terhambat setelah kelahiran
(anestrus), dan kondisi fisUogis
(berahi) ternak yang tidak-terprediksi (s/lent heat). Faktor
fisiologis ternak berpengaruh besar
terhadap keberhasilan reproduksi, namuntidak semua faktor tersebut
terekspresikan dalam karakter
yang dapat dideteksi secara kasat mata. Salah satu contoh adalah
ternak melahirkan yang mengalami
kasus corpus luteum persiten (CLP) yaitu: keberadaan korpus luteum
(KL)
yang berkepanjangan setelah melahirkan dan pada beberapa
kasus seelcor ternak betina tidak menunjukkan gejala-gejala berahi pasca melahirkan (post partum). Contoh lain yang dapat dikemukakan, dan sering dijumpai di lapangan, adalah kasus berahi tenang (silent heat) dan
anestrus. Pada kasus mi ternak mengalami estrus
namun karakteristik
berahinya tidak
dapat terlihat
atau
tidakterdeteksi adanya aktivitas pada indung telur post partum. Keadaan mi memungkinkan
untuk menimbulkan masalah seperti gagalnya layanan lB dan kawin berulang (repeat breeder),
sehingga dapat berdampak pada proses pengafkiran ternak produktif dengan kategori sebagai ternak majir (steril).
Ekspresi fungsi faali di dalam reproduksi
ternak khususnya pada ternak ruminansia, kerap terabaikan sehingga tidak jarang memberikan prognosis yang tidak
sesuai. Fisiologi hormon (endocrine physiology) dalam reproduksi ternak merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan
dengan peningkatan kinerja reproduksi ternak. Hormon yang berperan dalam reproduksi ternak dapat dijadikan sebagai suatu indikator untuk kelangsungan reproduksi
dan keberhasilannya, khususnya bila dalam pelaksanaan reproduksi diaplikasikan kawin buatan atau lB. Penelusuran untuk
mengukur konsentrasi harmon reproduksi tersebut, yang berkaitan dengan penampilan reproduksi ternak,
dapat dipantau dengan aplikasi teknik nuklir melalui proses pelabelan.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Dinamika masyarakat sekarang menganggap
teknologi nuklir adalah teknologi yang sangat ditakuti. Namun, pada dasarnya bila kita dapat
memanfaatkan segala potensiyang ada, teknologi nuklir dapat sangat membantu dan
bermanfa’at bagi kehidupan manusia khususnya di bidang peternakan.
Radiovaksin digunakan untuk menyembuhkan
penyakit berak darah pada ayam, penyakit cacing pada hewan ternak dan penyakit
tidur pada ternak. Adapun Urea molasses Multinutrient Blok (UMMB) digunakan
untuk pembuatan pakan bernutri dan penuh gizi sehingga dapat meningkatkan bobot
pada hewan ternak ruminansia. Sedangkan Radio Immuno
Assay (RIA) digunakan untuk membantu peningkatan reproduksi hewan ternak
ruminansia.
3.2. Saran
Diharapkan mahasiswa
dapat lebih giat lagi dalam belajar guna berkembangnya ilmu pengetahuan khususnya
pada materi Atom Nuklir sehingga dapat membantu memberikan konstribusi maksimal
pada perkembangan teknologi dan masyarakat kedepannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Alatas,
Zubaidah, dkk, 2010, Buku Pintar
Nuklir. Jakarta : Pusat Disemasi IPTEK Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nsional
(BATAN)
Darussalam,
M, 2012, Radiasi dan Radioisotop. Bandung : Penerbit Tarsito
Suharyono,
L, dkk, 2004, Risalah Seminar Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Amplikasi
Isotop dan Radiasi : Pengaruh Suplemen Pakan “Medicated Block” (SPMB) terhadap
Pertambahan Bobot Badan Sapi Potong Setelah Melahirkan. Jakarta : Pusat Disemasi IPTEK Nuklir,
Badan Tenaga Nuklir Nsional (BATAN)
Tjiptosumirat,
Totti, 2012, IPTEK NUKLIR Bunga
Rampai Vol.1 No.2 Tahun 2012 ; Amplikasi Radio Immuno Assay (RIA) Untuk
Peningkatan Penampilan Reproduksi Ternak Ruminansia. Jakarta : Pusat
Disemasi IPTEK Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nsional (BATAN)
0 komentar:
Posting Komentar