1 Riwayat
Hidup
Dalam
suasana kebudayaan dan politik demikianlah Muhamad Abdul lahir di salah satu
desa Mesir. Ayahnya, Abduh Khairullah, di masa remaja terpaksa meninggalkan
kampung halaman, setelah orang tuanya sendiri, yaitu Muhammad Abdul, meninggal
dunia. Kakeknya diketahui sebagai orang yang turut menentang pemerintah Muhammad
Ali dan tuduhan demikian juga ditujukan kepada Abdul Khairullah sendiri. Atas
tuduhan itu Ia pernah masuk penjara. Kemudian Ia, buat sementara, menetap di
daerah Al-Gharbiah dan disana lah ia mengikat tali perkawinan dengan ibu
Muhammad Abdul. Dari perkawinan itu, disamping Muhammad Abdul, ia mempunyai dua
anak wanita
Muhammad Abduh lahir pada tahun 1265 H yang bertepatan
dengan tahun 1849 M di salah satu desa daerah ini. Setelah daerah politik agak
tenang, Abduh Khairullah kembali ke Mahallat Nash, kampung halamannya semula.
Di sinilah Muhammad Abduh berkembang menjadi anak remaja.
Menulis dan membaca ia pelajari di rumah. Kemudian ia
menghafal Al-Quran di bawah bimbingan seorang guru yang hafal kitab suci itu.
Dalam masa dua tahun ia telah menghafal Al-Quran. Pada tahun 1279 H (1863M) ia
dikirim orang tuannya ke Tanta untuk meluruskan bacaannya di Mesjid Al-Ahmadi.
Karena tidak puas ia meninggalkan Tanta dan kembali ke
Mahallat Nasr dengan niat tidak akan kembali lagi belajar. Ia kawin pada tahun
1282 H (1866 M).
Pendidikan Tinggi Islam ini di zaman itu memang belum
dapat menerima ide ide pembaharuan yang di bawa Tahtawi. Metode yang di pakai
disana, sama dengan yang di Masjid Al-Ahmadi di Tanta, masih tetap metode
menghafal . Kurikulum yang di berikan hanya mencakup ilmu ilmu agama islam dan
bahasa Arab.
Di dalam teologi yang menarik perhatian Muhammad Abduh
adalah pemikiran pemikiran Mu’tazilah dan muncullah tuduhan bahwa ia ingin
menghidupkan kembali aliran ini. Atas tuduhan itu ia di panggil menghadap
Syeikh ‘Alaisy, salah atu ulama Azhar yang menentang paham paham Mu’tazilah.
Peristiwa ini mempunyai pengaruh pada ujian untuk memperoleh ujian memperoleh
ijazah Al-Azhar yang di tempuhnya pada tahun 1877. Ijazah yang di peroleh itu
memberi hak dan wewenang untuk mengajar di Al-Azhar. Ilmu ilmu yang di
ajarkannya, menurut Ahmad Amin, adalah logika, teologi dan falsafah
Kegiatan Muhammad Abduh tidak terbatas hanya pada
mengajar, tetai ia juga rajin menulis artikel artikel untuk surat kabar ,
terutama Al-Ahram, yang mulai terbit pada tahun 1876. Tulisannya mencakup
bidang bidang ilmu pengetahuan, sasatra Arab, karang mengarang, politik, agama
dan sebagainya
2 Filsawah
Wujud
a. Dasar
Falsafah
wujud mengungkapkan kedudukan akal dalam pemikiran seseorang. Teologi dalam
definisi Muha mmad Abduh adalah ilmu yang membahas wujud Allah, sifat sifat-Nya
dan soal kenabian. Definisi ini kurang lengkap. Alam ini adalah ciptaan Tuhan,
dan oleh karena itu , teologi di samping hal-hal diatas, juga membahas hubungan
Tuhan dengan makhuk-Nya.
Alam
ini dalam pendapat Muhammad Abduh adalah alam wujud. Wujud di bagi menjadi tiga
kategori, wujud yang pada esensinya mesti ada ( wajib lizatih ), wujud yang
pada esensinya tidak mungkin ( mustahil lizatih ) danwujud yang esensinya
mungkin ada ( mumkin lazatih ). Yang pada esensinya tidak mungkin ada , pada
hakekatnya tidak pernah ada, baik dalam realitas maupun dalam akal manusia.
Oleh karena itu wujud pada hakekatnya hanya terdiri dari dua, wujud yang pada
esensinya pasti ada dan wujud yang esensinya mungkin ada
b. Alam
Nyata dan Alam Ghaib
Yang
di maksud alam nyata adalah ia hidup di dunia sinkat ini. Berakhirnya hidup
manusia bukanlah berarti selesainya wujud manusia , tetapi manusia melepaskan
tubuhnya sebagaimana ia melepaskan baju dari badan, dan kemudian hidup kekal
dalam bentuk lain sungguhpun tidak di ketahui hakekatnya.
Sedangkan alam gaib ialah hidup di akherat dan bukan hal
hal yang tak dapat di tangkap dengan panca indra, seperti tuhan, malaikat dan
lain lain
c. Dua
Golongan Manusia Khawas dan Awam
Daya
akal tidak sama derajatnya bagi manusia, karena akal, kata Muhammad Abduh, tidak mempunyai kesanggupan
yang sama. Ia membedakan khawas, orang orang pilihan dari golongan awam, orang
banyak. Pada diri orang khawaslah akal memperoleh derajat tinggi.
d. Manusia
Berhajat pada Wahyu
Sungguhpun
akal kau khawas mempunyai daya yang kuat tetapi itu tidak berarti bahwa akal
dapat memperoleh seluruh pengetahuan yang wajib baginya tentang Tuhan dan alam
gaib. Daya akal bukanlah tidak terbatas. Sebagian dari sifat Tuhan seperti
berfirman, melihat dan mendengar, yang di sebut Muhahammad Abduh sifat sifat
yang di wajibkan, tak dapat di ketahui melalui akal.
e. Wahyu
Berbagai macam
Sebagai akibat dari pendapat
Muhammad Abduh bahwa manusia terdiri atas kaum khawas dank au awam, wahyu
baginya tidak satu macam saja. Ia menyebut “wahyu yang di tujukan kepada awam”
dan “wahyu yang di tujukan kepada golongan khawas.”
Menurut
Muhammad Abduh, ada tiga macam wahyu :
- Wahyu yang ditujukan bersama kepada khaum khawas serta kaum awam, dan merupakan kaum awam, dan merupakan sebagian besar dari ayat ayat Al Qur’an
- Wahyu yang di tujukan hanya kepada kaum awam dan jumlahnya sedikit
- Wahyu yang di tujukan hanya kepada kaum khawas dan wahyu serupa inilah yang paling sedikit jumlahnya
f. Fungsi
Informasi Serta Konfirmasi dari Wahyu
Di tempat lain di jelaskan bahwa
datang untuk menolong dan meyakinkan akal bahwa apa yang diketahuinya melalui
usahanya sendiri tentang wujud Tuhan, sifat sifat-Nya dan sebiannya adalah benar. Tetapi, tidak
semua wahyu mempunyai fungsi konfirmasi bagi golongan khawas. Wahyulah yang
menyempurnakan pengetahuan kaum khawas tentang Tuhan dan alam ghaib.
g. Hanya
Kaum Khawas yang Mempunyai Hubungan Dua Arah dengan Tuhan
Telah disebut bahwa di Antara
seluruh makhluk hidup, hanya manusialah yang mempunyai hubungan makhluk khalik,
hubungan menaik dari alam menuju Tuhan. Dalam itu perlu ditegaskan bahwa tidak
semua manusia mempunyai hubungan yang menaik dari alam ke Tuhan. Hanya kaum
khawas, yang jumlah sedikit itulah yang dapat mempunyai hubungan demekian.
h. Alam
Abstrak dan Alam Fisik
Di
samping adanya alam nyata sebagai lawan dari alam gaib, Muhammad Abduh memekai
kata alam fisik sebagai lawan dari alam abstak. Alam nyata dan alam fisik
adalah sama. Tetapi alam abstrak agak berbeda dari alam gaib. Kalau yang
dimaksud dengan yang tersebut adalah akerat maka yang dimaksud dengan alam
abstrak semua yang abstrak termasuk Tuhan, sifat sifat-Nya, akherat, kebaikan,
kejahatan, syariat dan sebagainya. Denan demikian, alam gaib adalah bagian dari
alam abstrak.
i.
Dasar Struktur Filsafah
Wujud Muhammad Abduh
Dua kata kunci dalam falsafah wujud
Muhammad Abduh adalah akal dan wahyu. Akal kaum khawas berusaha mengadakan
kontak intelektual dengan Tuhan dan wahyu turun untuk memperkuat apa yang telah
diketahui tentang alam ghaib dan untuk memberi informasi tentang yang tak
diketahui akal tentang alam ghaib itu.
3 Kekuatan
Akal
Sistem Teologi Muhammad
Abduh
Teologi dalam arti sederhana membahas soal soal yang
berkaitan dengan diri Tuhan dan hubungan-Nya dengan alam semesta, terutama
hubungan-Nya dengan manusia. Konsep teologi ini dapat di gambarkan sebagai
Tuhan berada di puncak alam wujud dan manusia di dasarnya.
Pentingnya akal
Akal menurut Muhammad Abduh, adalah suatu daya hanya di
miliki manusia, dan oleh karena itu dialah yang memeperbedakan manusia dari
makhluk lain. Akal adalah tonggak kehidupan manusia dan dasar kehidupan
wujudnya.
Bagi Muhammad Abduh,
Islam adalah agama rasional. Pemikiran rasional adalah jalan untuk memperoleh
iman sejati. Iman, tidaklah sempurna, kalau tidak di dasarkan atas akal, iman harus berdasar keyakinan, bukan pada
pendapat, an akal lah yang menjadi sumber keyakinan pada tuhan, ilmu serta
kemahakuasaan –Nya dan pada rasul.
Kekuatan akal :
a. Mengetahui
Tuhan dan sifat sifat-Nya
b. Mengetahui
adanya hidup di akherat
c. Mengetahui
bahwa kebahagian jiwa di akhirat bergantung pada mengenal Tuhan dan berbuat
baik, sedang kesengsaraanya bergantung pada tidak mengenal Tuhan pada perbuatan
jahat
d. Mengetaui
wajibnya manusia mengenal Tuhan
e. Mengetahui
wajibnya manusia berbuat baik dan wajibnya ia menjauhi perbuatan jahat untuk
kebahagiannya di akherat
f. Membuat
hokum hokum mengenai kewajiban kewajiban itu
4 Fungsi
Wahyu
Soal
wahyu timbul, karena dalam system teologi Muhammad Abduh dan Mu’tazillah, wahyu
tidak mempunyai fungsi untuk mengetahui fungsi masalah pokok keagamaan yang di
persoalkan. Wahyu, dalam teologi Muhammad Abduh dan Mu’tazillah, betul tidak
mempunyai peranan. Tetapi itu tidak berarti bahwa wahyu tidak di perlukan, baik
dalam teologi Muhammad Abduh maupun Dalam teologi Mu’tazillah. Wahyu dalam
kedua teologi ini mempunyai kedudukan yang tinggi lagi penting di samping akal.
Akal dang dalam teologi Muhammad Abduh dan Mu’tazillah mempunyai peranan
penting, bukan lah tidak terbatas kemampuannya.
Dalam
pendapat Muhammad Abduh wahyu mepunyai dua fungsi pokok. Fungsi pokok pertama
timbul dari keyakinan bahwa jika manusia akan terus ada kekal sesudah tumbuh
mati. Keyakinan akan adanya hidup kedua setelah mati pertama ini, bukanlah
hasil pemikiran yang sesat dari akal dan bukan pula suatu khalayan. Fungsi
kedua dari wahyu mempunyai kaitan yang
erat dengan sifat dasar manusia sebagai makhluk social. Manusia, demikian
Muhammad Abduh, mesti hidup berkelompok. Untuk terwujudnya hidup social damai
dan rukun, anggotanya mesti membina hubungan Antara sesame mereka atas dasar
cinta mencintai.
5 Paham
Kebebasan Manusia dan Fatalisme
Menurut
Muhammad Abduh manusia secara alami mempunyai kebebasan dalam menentukan
kemauan dan perbuatan. Manusia tidak berbuat sesuatu kecuali setelah memepertimbangkan
akibat akibatnya dan atas pertimbangan inilah ia mengambil keputusan
melaksankan atau tidak melaksanakan perbuatan yang dimaksud. Kalau ia, atas
kemauannya sendiri, mengambil keputusan untuk mewujudkan perbuatan itu, ia
mengambil langkah langkah untuk itu dan perbuatan ia wujudkan dengan dayanya
sendiri. Maka sejalan dengan keyakinannya bahwa manusia, menurut hokum alam
ciptaan Tuhan, mempunyai kebebasan dan kemauan, manusia menurut sunnah Allah,
juga mempunyai daya dalam dirinya untuk mewujudkan perbuatan yang dikehendaki
itu. Hal itu di tegaskan Muhammad Abduh, ketika ia menyebut bahwa dalam
melaksanakan perbuatannya, baik fisik maupun pikiran, manusia mempergunakan
kemampuan dan daya yang di ciptakan Tuhan dalam dirinya.
6 Sifat
Sifat Tuhan
Sifat
menurut pendapat para filosofi islam, adalah esensi tuhan. Apa yang di maksud
filosof bukanlah bahwa esensi adalah satu dan sama dengan sifat dan bukan pula
bahwa sifat adalah satu dan sama dengan esensi. Yang mereka maksud adalah bahwa
esensi, sebagai satu satunya sumber dari akibat yang timbul dari sifat.
kebebasan.
Kehendak mutlak Tuhan
Dalam pemikiran Muhammad Abduh, karena ia yakin akan kebebasan dan kemampuan manusia, kehendak Tuhan tidak bersifat mutlak. Tuhan telah membatasi kehendak mutlak-Nya dengan memberi manusia secara alami kebebasan dan kesanggupan, yang bebas dapat di pergunakannya dalam mewujudkan perbuatan perbuatannya. Memberi kemauan dan daya untuk berbuat adalah sunah Allah.Kehendak mutlak Tuhan di batasi bukan hanya oleh sunah Allah ini, tetapi oleh sunnah Allah secara umum. Kata sunnah Allah banyak di pakai Muhammad Abduh terutama dalam tafsir Al Manar.
Keadilan
Tuhan
Keadilan, dalam pendapat Muhammad Abduh, kaitannya adalah dengan hukuman dan balasan baik, hukuman diberikan sesuai dengan kejahatan yang dilakukan dan balasan baik diberikan sesuai dengan kebaikan yang dibuat. Sifat pemurah Tuhan dapat mengubah derajat balasan baik terhadap perbuatan baik dengan melipatgandakannya. Tetapi soal kejahatan perbandingannya tetap satu lawan satu. Keadilan bagi Muhammad Abduh berarti Tuhan memberi balasan baik kepada perbuatan kebaikan dan memberi hukuman kepada pembuat kejahatan.
Keadilan, dalam pendapat Muhammad Abduh, kaitannya adalah dengan hukuman dan balasan baik, hukuman diberikan sesuai dengan kejahatan yang dilakukan dan balasan baik diberikan sesuai dengan kebaikan yang dibuat. Sifat pemurah Tuhan dapat mengubah derajat balasan baik terhadap perbuatan baik dengan melipatgandakannya. Tetapi soal kejahatan perbandingannya tetap satu lawan satu. Keadilan bagi Muhammad Abduh berarti Tuhan memberi balasan baik kepada perbuatan kebaikan dan memberi hukuman kepada pembuat kejahatan.
Firman
Tuhan
Firman menurut Muhammad Abduh mempunyai dua pengertian, firman dalam pengertian kata kata yang diucapkan dan firman dalam arti akibat dari kasih Tuhan. Sama halnya dengan memperoleh pengetahuan tentang sesuatu adalah akibat dari pengetahuan dan perbuatan adalah hasil daya, begitulah firman adalah akibat dari kasih
Firman menurut Muhammad Abduh mempunyai dua pengertian, firman dalam pengertian kata kata yang diucapkan dan firman dalam arti akibat dari kasih Tuhan. Sama halnya dengan memperoleh pengetahuan tentang sesuatu adalah akibat dari pengetahuan dan perbuatan adalah hasil daya, begitulah firman adalah akibat dari kasih
7 Perbuatan
Tuhan
- Kewajiban Berbuat Baik
Muhammad Abduh
berpendapat ada perbuatan Tuhan yang bersifat wajib ia sepaham dengan
Mu’tazillah dalam mengatakan bahwa wajib bagi Tuhan untuk berbuat apa yang
terbaik bagi manusia. Kewajiban Tuhan tersebut bersumper pada kesempunaan-Nya,
kewajiban Ia letakkan sendiri pada diri-Nya dengan kemauan dalam pilihan-Nya
sendiri. Kewajiaban itu adalah konsekuensi logis dari paham sunah Allah
- Pengiriman Rosul
Kewajiban berbuat baik ada juga kaitannya dengan pengiriman rosul. Akal manusia
tidaklah sempurna dan tidak dapat mengetaui segala-galanya. Umtuk kebaikankanya
ia mesti mengetahui apa yang baik dan apa yang tidak baik bagi dirinya. Oleh
karena itu Tuhan wajib mengirim rosul untuk menolong manusia menyempurnakan
pengetahuannya tentang kebaikan dan kejahatahatan.
- Janji dan Ancaman
Suatu perbuatan lain
dari Tuhan adalah menepati janji dan ancaman-Nya. Sama dengan Mu’tazillah,
Muhammad Abduh juga berpendapat bahwa janji dan ancaman Tuhan mesti terjadi.
Jadi wajib bagi Tuhan menepati janji dan ancaman-Nya.
8 Konsep
Iman
Iman
erat sekali hubungannya dengan akal dan wahyu. Iman yang di dasarkan pada wahyu
disebut tasdiq, yaitu menerima sebagai benar apa yang didengar. Iman yang
didasarkan pada akal disebut ma’rifah, mengetahui benar apa yang di yakini.
Tasdiq berdasar pada pemberitaan, sedang ma’rifah berdasarkan pengetahuan yang
mendalam.
Dalam
aliran aliran teologi yang memberikan kedudukan lemah pada akal iman adalah
tasdiq, tetapi dalam aliran aliran teologi yang memeberikan kedudukan tinggi
pada akal iman bukanlah tasdiq, tetapi ma’rifah atau ‘amal yaitu perbuatan.
Sebagai
telah di lihat, Muhammad Abdu memberikan kedudukan tinggi kepada akal dan oleh
dia tidak menggambarkan iman sebai tasdiq. Baginya iman adalah ‘ilm
(pengetahuan), I’tidaq (kepercayaan) atau yaqin (keyakinan). Dalam tafsir AlManar ia jelaskan bahwa iman adalah pengetauan sebenarnya yang di peroleh oleh
akal melaluli argument argument kuat dan membawa jiwa seseorang untuk tunduk
dan menyerah. Iman mempunyai tiga unsur, iman kepada Tuhan iman kepada alam
gaib dan melakukan amal dan membawa kebaiakan baik bagi diri pelakunya maupun
bagi diri sesama manusia
Referensi
Judul : Muhammad Abduh dan Teologi
Rasional Mu’tazillah
Penulis : Prof. Dr. Harun Nasution
Penerbit : Penerbit Universitas Indonesia
Tahun Terbit : 1987
Halaman : 98 Halaman
0 komentar:
Posting Komentar