Kamis, 24 Maret 2016

Keramik Putih sebagai Produk Pengolahan Tanah Liat



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Keramik merupakan produk kerajinan tertua yang tercatat dalam peradaban dan kebudayaan manusia. Menurut sejarah, keramik sudah dikenal oleh orang- orang Afrika Timur pada 2,6 juta tahun yang lalu (Jaman Paleolitik). Tetapi perkembangan keramik yang menyebar di hampir sebagian wilayah dunia baru terjadi pada zaman Neolitik atau kira- kira 15 ribu sampai 10 ribu tahun yang lalu. Di Indonesia, keramik sudah dikenal sejak jaman Neolithikum, diperkirakan rentang waktunya mulai dari 2500 SM– 1000 SM. [1]
Kerajinan yang terbuat dari bahan tanah liat biasa dikenal orang dengan kerajinan keramik. Asal kata keramik adalah keramos (bahasa Yunani) yang artinya benda pecah belah yang terbentuk dari tanah liat dan telah mengalami proses pembakaran. Dalam pembuatan keramik, tanah liat memiliki sifat plastis sehingga mudah dibentuk. Setelah itu, dapat dibakar dalam tingkat pembakaran suhu 600oC sampai 1.300oC sesuai jenis tanah liatnya sehingga tanah liat menjadi keras, padat, dan kedap air.
Tanah liat sebagai bahan utama pembuatan benda keramik terdapat hampir  di seluruh belahan dunia, namun demikian tanah liat tersebut satu sama lain memiliki sifat yang berbeda-beda. Tanah liat yang dapat digunakan untuk pembuatan benda keramik harus memenuhi persyaratan tertentu. Salah satu sifat tanah liat yang dibutuhkan untuk dapat dibuat benda keramik adalah memiliki daya kerja yang memungkinkan tanah liat tersebut untuk dibentuk dan dapat mempertahankan bentuknya hingga menjadi benda keramik melalui proses pemanasan (pembakaran). Tanah liat merupakan bahan plastis yang dapat berubah menjadi keras dan tahan terhadap air setelah mengalami proses pengeringan dan pembakaran.
Kerajinan keramik yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia merupakan aset bangsa yang harus terus dikembangkan. Dari segi ekonomi, sentra-sentra kerajinan keramik ini telah banyak memberdayakan ekonomi rakyat, meningkatkan pendapatan devisa, dan menciptakan lapangan pekerjaan yang menyerap ribuan pekerja. Dalam beberapa tahun belakangan ini industri keramik di Indonesia mengalami kemajuan. Hal ini disebabkan oleh maraknya bisnis properti yang cukup mendominasi pasar di Indonesia dan Internasional serta pergeseran selera atau gaya hidup masyarakat akan kebutuhan barang-barang mewah. Bisnis properti yang meningkat menyebabkan kebutuhan akan keramik seperti ubin, keramik saniter, keramik hiasan dan table ware (perangkat makanan) ikut meningkat. Makalah ini akan membahas lebih lengkap mengenai keramik dengan bahan dasar tanah liat termasuk proses pengolahan dan kelebihannya.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan tanah liat?
2.      Apa yang dimaksud dengan keramik dan keramik putih?
3.      Bagaimana cara mengolah tanah liat menjadi keramik putih?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui karakteristik dari tanah liat
2.      Mengetahui karakteristik keramik dan keramik putih
3.      Mempelajari cara mengolah tanah liat menjadi keramik putih



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Tanah Liat
Tanah liat adalah suatu zat yang terbentuk dari kristal-kristal dengan ukuran yang sangat kecil hingga tidak dapat dilihat oleh mikroskop.[2] Tanah liat (clay) merupakan sejenis mineral halus berbentuk kepingan, gentian atau hablur yang terbentuk dari batuan sediment (sediment rock) dengan ukuran butir kurang dari 1/256 mm. Pada umumnya ada 2 jenis clay yaitu: ball clay dan fire clay. Ball clay digunakan pada keramik karena memiliki plastisitas tinggi dengan tegangan patah tinggi. Fire clay terdiri dari tiga jenis yaitu: flin fire clay yang memiliki struktur kuat, plastic fire clay yang memiliki workability yang baik, serta high alumina clay yang sering dipergunakan sebagai refraktori dan bahan tahan api. [3]
Sifat plastis atau plastisitas tanah liat merupakan kualitas hubungan antara partikel tanah liat yang ditentukan oleh kandungan mineral dan kehalusan butiran tanah liat. Plastisitas berfungsi sebagai pengikat dalam proses pembentukan sehingga benda yang dibentuk tidak mengalami keretakan, pecah atau berubah bentuk. Plastisitas tanah liat dipengaruhi oleh :
• kehalusan partikel tanah liat
• bentuk partikel tanah liat
• zat organik (sisa tumbuhan dan binatang)
• jumlah air
• struktur (susunan partikel) tanah liat
• jenis tanah liat.[4]
a.       Tanah Liat Primer
Tanah liat primer (residu) adalah jenis tanah liat yang dihasilkan dari pelapukan batuan feldspatik oleh tenaga endogen yang tidak berpindah dari batuan induk (batuan asalnya), karena tanah liat tidak berpindah tempat sehingga sifatnya lebih murni dibandingkan dengan tanah liat sekunder.
Tanah liat primer memiliki ciri-ciri:
·      warna putih sampai putih kusam
·      cenderung berbutir kasar,
·      tidak plastis,
·      daya lebur tinggi,
·      daya susut kecil
·      bersifat tahan api

b.      Tanah Liat Sekunder
Tanah liat sekunder atau sedimen (endapan) adalah jenis tanah liat hasil pelapukan batuan feldspatik yang berpindah jauh dari batuan induknya karena tenaga eksogen yang menyebabkan butiran-butiran tanah liat lepas dan mengendap pada daerah rendah seperti lembah sungai, tanah rawa, tanah marine, tanah danau. Tanah liat sekunder memiliki ciri-ciri:
·      Kurang murni
·      cenderung berbutir halus,
·      plastis,
·      warna krem/ abu-abu/ coklat/ merah jambu/ kuning, kuning muda, kuning kecoklatan, kemerahan, kehitaman
·      daya susut tinggi.[5]
Tanah liat (lempung) sebagai bahan pokok untuk pembuatan keramik, merupakan salah satu bahan yang kegunaannya sangat menguntungkan bagi manusia karena bahannya yang mudah didapat dan pemakaian hasilnya yang sangat luas. Kira-kira 70% atau 80% dari kulit bumi terdiri dari batuan merupakan sumber tanah liat. Tanah liat banyak ditemukan di area pertanian terutama persawahan. Tanah liat termasuk hidrosilikat alumina dan dalam keadaan murni mempunyai rumus Al2O3.2SiO2.2H2O dengan perbandingan berat dari unsur-unsurnya adalah Oksida Silinium (SiO2) 47%, Oksida Aluminium (Al2O3) 39%, dan Air (H2O) 14%. Tanah liat memiliki sifat-sifat yang khas yaitu bila dalam keadaan basah mempunyai sifat plastis tetapi bila dalam keadaan kering akan menjadi keras, sedangkan bila dibakar akan menjadi padat dan kuat. Pada umumnya, masyarakat memanfaatkan tanah liat (lempung) sebagai bahan baku pembuatan keramik. [6]

B.     Keramik
Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Kamus dan ensiklopedia tahun 1950-an mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar, seperti gerabah, genteng, porselin, dan sebagainya. Tetapi saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian keramik terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat.
Umumnya senyawa keramik lebih stabil dalam lingkungan termal dan kimia dibandingkan elemennya. Bahan baku keramik yang umum dipakai adalah felspard, ball clay, kwarsa, kaolin, dan air. Sifat keramik sangat ditentukan oleh struktur kristal, komposisi kimia dan mineral bawaannya. Oleh karena itu sifat keramik juga tergantung pada lingkungan geologi dimana bahan diperoleh. Secara umum strukturnya sangat rumit dengan sedikit elektron-elektron bebas.
Kurangnya beberapa elektron bebas keramik membuat sebagian besar bahan keramik secara kelistrikan bukan merupakan konduktor dan juga menjadi konduktor panas yang jelek. Di samping itu keramik mempunyai sifat rapuh, keras, dan kaku. Keramik secara umum mempunyai kekuatan tekan lebih baik dibanding kekuatan tariknya.
Keramik putih (whiteware) adalah nama umum yang diberikan untuk sejenis produk keramik yang biasanya berwarna putih dan mempunyai tekstur (jaringan) halus. Keramik ini dibuat dari bahan dasar lempung kualitas terpilih dan fluks dalam jumlah bervariasi yang dipanaskan pada suhu cukup tinggi (1200 sampai 1500 oC) di dalam tanur. Oleh karena jumlah dan macamnya fluks beragam, terdapat pula keragaman dalam tingkat vitrifikasi di antara keramik putih ini.[7]

Jenis-jenis ini dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a.       Keramik tanah (earthenware) disebut barang pecah belah semi kekaca (semivitreous dinnerware), adalah keramik berpori dan tidak translusen dengan glasir lunak.
b.      Keramik cina (chinaware) adalah keramik vitrifikasi translusen dengan glasir sedang dan tahan terhadap abrasi tertentu; digunakan untuk tugas non teknik.
c.       Porselin (porcelain) adalah keramik vitrifikasi translusen dengan glasir keras yang tahan abrasi pada tingkat maksimum. Dalam kelompok ini termasuk porselin kimia, isolasi, dan dental (pergigian).
d.      Keramik saniter (sanitary ware), dulu dibuat dari lempung, biasanya berpori; oleh karena itu sekarang menggunakan komposisi ke kaca. Kadang-kadang bersama komposisi triaksial ditambahkan juga grog kekaca ukuran tertentu yang telah mengalami pembakaran pendahuluan.
e.       Keramik batu (stone ware), adalah jenis yang tertua di antara barang keramik, yang telah digunakan jauh sebelum pengembangan porselin; bahkan keramik ini dapat dianggap sebagai porselin kasar yang pembuatannya tidak dilakukan dengan teliti dan terbuat dari bahan baku bermutu rendah.

Ubin keramik putih (white ware tile) terdapat dalam berbagai jenis khusus, biasanya dikelompokkan atas ubin lantai yang tahan terhadap abrasi dan kedap terhadap peresapan noda, ada yang diglasir ada yang tidak; dan ubin dinding yang juga mempunyai permukaan keras dan permanen dengan berbagai macam warna dan tekstur. [8]

C.    Cara Mengolah Keramik Putih dari Tanah Liat
1.      Pengolahan bahan
Tujuan pengolahan bahan ini adalah untuk mengolah bahan baku dari berbagai material yang belum siap pakai menjadi badan keramik plastis yang telah siap pakai. Pengolahan bahan dapat dilakukan dengan metode basah maupun kering, dengan cara manual ataupun masinal. Didalam pengolahan bahan ini ada proses-proses tertentu yang harus dilakukan antara lain pengurangan ukuran butir, penyaringan, pencampuran, pengadukan (mixing), dan pengurangan kadar air. Pengurangan ukuran butir dapat dilakukan dengan penumbukan atau penggilingan dengan ballmill. Penyaringan dimaksudkan untuk memisahkan material dengan ukuran yang tidak seragam. Ukuran butir biasanya menggunakan ukuran mesh. Ukuran yang lazim digunakan adalah 60 – 100 mesh.
Pencampuran dan pengadukan bertujuan untuk mendapatkan campuran bahan yang homogen/seragam. Pengadukan dapat dilakukan dengan cara manual maupun masinal dengan blunger maupun mixer.
Pengurangan kadar air dilakukan pada proses basah, dimana hasil campuran bahan yang berwujud lumpur dilakukan proses lanjutan, yaitu pengentalan untuk mengurangi jumlah air yang terkandung sehingga menjadi badan keramik plastis. Proses ini dapat dilakukan dengan diangin-anginkan diatas meja gips atau dilakukan dengan alat filterpress.
Tahap terakhir adalah pengulian. Pengulian dimaksudkan untuk menghomogenkan massa badan tanah liat dan membebaskan gelembung-gelembung udara yang mungkin terjebak. Massa badan keramik yang telah diuli, disimpan dalam wadah tertutup, kemudian diperam agar didapatkan keplastisan yang maksimal.
1.      Pembentukan
Tahap pembentukan adalah tahap mengubah bongkahan badan tanah liat plastis menjadi benda-benda yang dikehendaki. Ada tiga keteknikan utama dalam membentuk benda keramik: pembentukan tangan langsung (handbuilding), teknik putar (throwing), dan teknik cetak (casting).
a.       Pembetukan tangan langsung
Dalam membuat keramik dengan teknik pembentukan tangan langsung, ada beberapa metode yang dikenal selama ini: teknik pijit (pinching), teknik pilin (coiling), dan teknik lempeng (slabbing).
b.      Pembentukan dengan teknik putar
Pembentukan dengan teknik putar adalah keteknikan yang paling mendasar dan merupakan kekhasan dalam kerajinan keramik. Karena kekhasannya tersebut, sehingga keteknikan ini menjadi semacam icon dalam bidang keramik. Dibandingkan dengan keteknikan yang lain, teknik ini mempunyai tingkat kesulitan yang paling tinggi. Seseorang tidak begitu saja langsung bisa membuat benda keramik begitu mencobanya. Diperlukan waktu yang tidak sebentar untuk melatih jari-jari agar terbentuk ’feeling’ dalam membentuk sebuah benda keramik. Keramik dibentuk diatas sebuah meja dengan kepala putaran yang berputar. Benda yang dapat dibuat dengan keteknikan ini adalah benda-benda yang berbentuk dasar silinder: misalnya piring, mangkok, vas, guci dan lain-lain. Alat utama yang digunakan adalah alat putar (meja putar). Meja putar dapat berupa alat putar manual mapupun alat putar masinal yang digerakkan dengan listrik.
Secara singkat tahap-tahap pembentukan dalam teknik putar adalah: centering (pemusatan), coning (pengerucutan), forming (pembentukan), rising (membuat ketinggian benda), refining the contour (merapikan).
Pembentukan dengan teknik cetak. Dalam keteknikan ini, produk keramik tidak dibentuk secara langsung dengan tangan; tetapi menggunakan bantuan cetakan/mold yang dibuat dari gipsum. Teknik cetak dapat dilakukan dengan 2 cara: cetak padat dan cetak tuang (slip). Pada teknik cetak padat bahan baku yang digunakan adalah badan tanah liat plastis sedangkan pada teknik cetak tuang bahan yang digunakan berupa badan tanah liat slip/lumpur. Keunggulan dari teknik cetak ini adalah benda yang diproduksi mempunyai bentuk dan ukuran yang sama persis. Berbeda dengan teknik putar atau pembentukan langsung,
3. Pengeringan
Setelah benda keramik selesai dibentuk, maka tahap selanjutnya adalah pengeringan. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk menghilangkan air plastis yang terikat pada badan keramik. Ketika badan keramik plastis dikeringkan akan terjadi 3 proses penting: (1) Air pada lapisan antarpartikel lempung mendifusi ke permukaan, menguap, sampai akhirnya partikel-partikel saling bersentuhan dan penyusutan berhenti; (2) Air dalam pori hilang tanpa terjadi susut; dan (3) air yang terserap pada permukaan partikel hilang. Tahap-tahap ini menerangkan mengapa harus dilakukan proses pengeringan secara lambat untuk menghindari retak/cracking terlebih pada tahap 1. Proses yang terlalu cepat akan mengakibatkan keretakkan dikarenakan hilangnya air secara tiba-tiba tanpa diimbangi penataan partikel tanah liat secara sempurna, yang mengakibatkan penyusutan mendadak.
Untuk menghindari pengeringan yang terlalu cepat, pada tahap awal benda keramik diangin-anginkan pada suhu kamar. Setelah tidak terjadi penyusutan, pengeringan dengan sinar matahari langsung atau mesin pengering dapat dilakukan.
4. Pembakaran
Pembakaran merupakan inti dari pembuatan keramik dimana proses ini mengubah massa yang rapuh menjadi massa yang padat, keras, dan kuat. Pembakaran dilakukan dalam sebuah tungku/furnace suhu tinggi. Ada beberapa parameter yang mempengaruhi hasil pembakaran: suhu sintering/matang, atmosfer tungku dan tentu saja mineral yang terlibat. Selama pembakaran, badan keramik mengalami beberapa reaksi-reaksi penting, hilang/muncul fase-fase mineral, dan hilang berat (weight loss). Secara umum tahap-tahap pembakaran maupun kondisi api furnace dapat dirinci dalam tabel.
Pembakaran biskuit merupakan tahap yang sangat penting karena melalui pembakaran ini suatu benda dapat disebut sebagai keramik. Biskuit (bisque) merupakan suatu istilah untuk menyebut benda keramik yang telah dibakar pada kisaran suhu 700 – 1000oC. Pembakaran biskuit sudah cukup membuat suatu benda menjadi kuat, keras, kedap air. Untuk benda-benda keramik berglasir, pembakaran biskuit merupakan tahap awal agar benda yang akan diglasir cukup kuat dan mampu menyerap glasir secara optimal.
5. Pengglasiran
Pengglasiran merupakan tahap yang dilakukan sebelum dilakukan pembakaran glasir. Benda keramik biskuit dilapisi glasir dengan cara dicelup, dituang, disemprot, atau dikuas. Untuk benda-benda kecil-sedang pelapisan glasir dilakukan dengan cara dicelup dan dituang; untuk benda-benda yang besar pelapisan dilakukan dengan penyemprotan. Fungsi glasir pada produk keramik adalah untuk menambah keindahan, supaya lebih kedap air, dan menambahkan efek-efek tertentu sesuai keinginan. [1]



BAB III
PENUTUP

Berdasarkan pembahasan makalah tersebut, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.      Tanah liat adalah suatu zat sejenis mineral yang terbentuk dari kristal-kristal dengan ukuran sangat kecil dan halus yang terbentuk dari batuan sedimen.
2.      Keramik adalah artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Sedangkan, keramik putih adalah sejenis produk keramik yang biasanya berwarna putih dan mempunyai tekstur (jaringan) halus.
3.      Proses pembuatan keramik dari tanah liat meliputi pengolahan bahan, pembentukan, pengeringan, pembakaran, pengglasiran.






[1]Wahana, Denie. Rangkuman Materi Mata Pelajaran Prakarya halaman 8
[2] Zuhdi, Muria. Keramik, halaman 4
[3]Anonim. Pabrik Keramik Lantai Berbahan Dasar Lumpur Lapindo sebagai Pengganti Tanah Liat dengan Proses Basah-Kering halaman 9
[4] Wahana, Denie. Rangkuman Materi Mata Pelajaran Prakarya halaman 12
[5]Wahana, Denie. Rangkuman Materi Mata Pelajaran Prakarya halaman 10
[6] Ramadhani, Sari. Makalah BKK Keramik halaman 3


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Deza. Keramik (online)
http://www.scribd.com/doc/249655892/keramik-docx#scribd diakses pada 26 April 2015 pukul 16.35 WIB
Anonim. Pabrik Keramik Lantai Berbahan Dasar Lumpur Lapindo Sebagai Pengganti Tanah Liat Dengan Proses Basah-Kering. Surabaya: Teknik Kimia ITS
Mazgun. 2008. Proses Pembuatan Keramik (online) http://www.studiokeramik.org diakses pada 26 April pukul 16.20 WIB
Ramadhani, Sari. Makalah BKK Keramik (online)
https://www.academia.edu/8334566/Makalah_BKK_Keramik_tekim_KB12_ diakses pada 26 April 2015 pukul 16.40 WIB
Wahana, Denie. Rangkuman Materi Mata Pelajaran Prakarya. Salatiga: SMP Negeri 1
Zuhdi, Muria. Keramik (online)
http://id.wikipedia.org/wiki/Keramik_putih diakses pada 26 April 2015 pukul 15.30 WIB


0 komentar:

Posting Komentar