BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Keramik
merupakan produk kerajinan tertua yang tercatat dalam peradaban dan kebudayaan
manusia. Menurut sejarah, keramik sudah dikenal oleh orang- orang Afrika Timur
pada 2,6 juta tahun yang lalu (Jaman Paleolitik). Tetapi perkembangan keramik
yang menyebar di hampir sebagian wilayah dunia baru terjadi pada zaman Neolitik
atau kira- kira 15 ribu sampai 10 ribu tahun yang lalu. Di Indonesia, keramik
sudah dikenal sejak jaman Neolithikum, diperkirakan rentang waktunya mulai dari
2500 SM– 1000 SM. [1]
Kerajinan
yang terbuat dari bahan tanah liat biasa dikenal orang dengan kerajinan
keramik. Asal kata keramik adalah keramos (bahasa Yunani) yang artinya benda
pecah belah yang terbentuk dari tanah liat dan telah mengalami proses
pembakaran. Dalam pembuatan keramik, tanah liat memiliki sifat plastis sehingga
mudah dibentuk. Setelah itu, dapat dibakar dalam tingkat pembakaran suhu 600oC
sampai 1.300oC sesuai jenis tanah liatnya sehingga tanah liat
menjadi keras, padat, dan kedap air.
Tanah liat
sebagai bahan utama pembuatan benda keramik terdapat hampir di seluruh
belahan dunia, namun demikian tanah liat tersebut satu sama lain memiliki sifat
yang berbeda-beda. Tanah liat yang dapat digunakan untuk pembuatan benda
keramik harus memenuhi persyaratan tertentu. Salah satu sifat tanah liat yang
dibutuhkan untuk dapat dibuat benda keramik adalah memiliki daya kerja yang
memungkinkan tanah liat tersebut untuk dibentuk dan dapat mempertahankan
bentuknya hingga menjadi benda keramik melalui proses pemanasan (pembakaran).
Tanah liat merupakan bahan plastis yang dapat berubah menjadi keras dan tahan
terhadap air setelah mengalami proses pengeringan dan pembakaran.
Kerajinan
keramik yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia merupakan aset bangsa
yang harus terus dikembangkan. Dari segi ekonomi, sentra-sentra kerajinan
keramik ini telah banyak memberdayakan ekonomi rakyat, meningkatkan pendapatan
devisa, dan menciptakan lapangan pekerjaan yang menyerap ribuan pekerja. Dalam
beberapa tahun belakangan ini industri keramik di Indonesia mengalami kemajuan.
Hal ini disebabkan oleh maraknya bisnis properti yang cukup mendominasi pasar
di Indonesia dan Internasional serta pergeseran selera atau gaya hidup
masyarakat akan kebutuhan barang-barang mewah. Bisnis properti yang meningkat
menyebabkan kebutuhan akan keramik seperti ubin, keramik saniter, keramik
hiasan dan table
ware (perangkat makanan) ikut meningkat. Makalah ini akan membahas lebih
lengkap mengenai keramik dengan bahan dasar tanah liat termasuk proses
pengolahan dan kelebihannya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan tanah liat?
2. Apa
yang dimaksud dengan keramik dan keramik putih?
3. Bagaimana
cara mengolah tanah liat menjadi keramik putih?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
karakteristik dari tanah liat
2. Mengetahui
karakteristik keramik dan keramik putih
3. Mempelajari
cara mengolah tanah liat menjadi keramik putih
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Tanah
Liat
Tanah liat adalah suatu zat yang
terbentuk dari kristal-kristal dengan ukuran yang sangat kecil hingga tidak
dapat dilihat oleh mikroskop.[2] Tanah liat (clay) merupakan sejenis mineral halus
berbentuk kepingan, gentian atau hablur yang terbentuk dari batuan sediment (sediment rock) dengan ukuran butir
kurang dari 1/256 mm. Pada umumnya ada 2 jenis clay yaitu: ball clay
dan fire clay. Ball clay digunakan pada keramik karena memiliki plastisitas tinggi
dengan tegangan patah tinggi. Fire clay
terdiri dari tiga jenis yaitu: flin fire
clay yang memiliki struktur kuat, plastic
fire clay yang memiliki workability
yang baik, serta high alumina clay
yang sering dipergunakan sebagai refraktori dan bahan tahan api. [3]
Sifat plastis atau
plastisitas tanah liat merupakan kualitas hubungan antara partikel tanah liat yang
ditentukan oleh kandungan mineral dan kehalusan butiran tanah liat. Plastisitas
berfungsi sebagai pengikat dalam proses pembentukan sehingga benda yang dibentuk
tidak mengalami keretakan, pecah atau berubah bentuk. Plastisitas tanah liat
dipengaruhi oleh :
• kehalusan partikel tanah liat
• bentuk partikel tanah liat
• zat organik (sisa tumbuhan dan
binatang)
• jumlah air
• struktur (susunan partikel) tanah liat
• jenis tanah liat.[4]
a. Tanah
Liat Primer
Tanah
liat primer (residu) adalah jenis tanah liat yang dihasilkan dari pelapukan batuan
feldspatik oleh tenaga endogen yang tidak berpindah dari batuan induk (batuan
asalnya), karena tanah liat tidak berpindah tempat sehingga sifatnya lebih murni
dibandingkan dengan tanah liat sekunder.
Tanah
liat primer memiliki ciri-ciri:
·
warna putih sampai putih kusam
·
cenderung berbutir kasar,
·
tidak plastis,
·
daya lebur tinggi,
·
daya susut kecil
·
bersifat tahan api
b. Tanah
Liat Sekunder
Tanah liat sekunder atau sedimen (endapan)
adalah jenis tanah liat hasil pelapukan batuan feldspatik yang berpindah
jauh dari batuan induknya karena tenaga eksogen yang menyebabkan butiran-butiran
tanah liat lepas dan mengendap pada daerah rendah seperti lembah sungai, tanah rawa,
tanah marine, tanah danau. Tanah liat sekunder memiliki ciri-ciri:
· Kurang
murni
· cenderung
berbutir halus,
· plastis,
· warna
krem/ abu-abu/ coklat/ merah jambu/ kuning, kuning muda, kuning kecoklatan,
kemerahan, kehitaman
Tanah liat (lempung) sebagai bahan
pokok untuk pembuatan keramik, merupakan salah satu bahan yang kegunaannya
sangat menguntungkan bagi manusia karena bahannya yang mudah didapat dan pemakaian
hasilnya yang sangat luas. Kira-kira 70% atau 80% dari kulit bumi terdiri dari
batuan merupakan sumber tanah liat.
Tanah liat banyak ditemukan di area pertanian terutama persawahan. Tanah liat
termasuk hidrosilikat alumina dan dalam keadaan murni mempunyai rumus Al2O3.2SiO2.2H2O
dengan perbandingan berat dari unsur-unsurnya adalah Oksida Silinium (SiO2)
47%, Oksida Aluminium (Al2O3) 39%, dan Air (H2O)
14%. Tanah liat memiliki sifat-sifat yang khas yaitu bila dalam keadaan basah
mempunyai sifat plastis tetapi bila dalam keadaan kering akan menjadi keras,
sedangkan bila dibakar akan menjadi padat dan kuat. Pada umumnya, masyarakat
memanfaatkan tanah liat (lempung) sebagai bahan baku pembuatan keramik. [6]
B.
Keramik
Keramik pada awalnya berasal dari
bahasa Yunani keramikos yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang
telah mengalami proses pembakaran. Kamus dan ensiklopedia tahun 1950-an
mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk
menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar, seperti gerabah, genteng,
porselin, dan sebagainya. Tetapi saat ini tidak semua keramik berasal dari
tanah liat. Definisi pengertian keramik terbaru mencakup semua bahan bukan
logam dan anorganik yang berbentuk padat.
Umumnya senyawa keramik lebih
stabil dalam lingkungan termal dan kimia dibandingkan elemennya. Bahan baku
keramik yang umum dipakai adalah felspard, ball clay, kwarsa, kaolin, dan air.
Sifat keramik sangat ditentukan oleh struktur kristal, komposisi kimia dan
mineral bawaannya. Oleh karena itu sifat keramik juga tergantung pada
lingkungan geologi dimana bahan diperoleh. Secara umum strukturnya sangat rumit
dengan sedikit elektron-elektron bebas.
Kurangnya
beberapa elektron bebas keramik membuat sebagian besar bahan keramik secara
kelistrikan bukan merupakan konduktor dan juga menjadi konduktor panas yang
jelek. Di samping itu keramik mempunyai sifat rapuh, keras, dan kaku. Keramik
secara umum mempunyai kekuatan tekan lebih baik dibanding kekuatan tariknya.
Keramik
putih
(whiteware) adalah nama umum yang
diberikan untuk sejenis produk keramik yang biasanya berwarna putih dan
mempunyai tekstur (jaringan) halus. Keramik ini dibuat dari bahan dasar lempung kualitas terpilih dan fluks dalam jumlah bervariasi yang
dipanaskan pada suhu cukup tinggi (1200 sampai 1500 oC) di dalam
tanur. Oleh karena jumlah dan macamnya fluks beragam, terdapat pula keragaman
dalam tingkat vitrifikasi di antara keramik putih ini.[7]
Jenis-jenis
ini dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a.
Keramik
tanah (earthenware) disebut barang pecah belah semi kekaca (semivitreous dinnerware), adalah keramik
berpori dan tidak translusen dengan glasir lunak.
b.
Keramik
cina (chinaware) adalah keramik
vitrifikasi translusen dengan glasir sedang dan tahan terhadap abrasi tertentu;
digunakan untuk tugas non teknik.
c.
Porselin
(porcelain) adalah keramik
vitrifikasi translusen dengan glasir keras yang tahan abrasi pada tingkat
maksimum. Dalam kelompok ini termasuk porselin kimia, isolasi, dan dental
(pergigian).
d.
Keramik
saniter (sanitary ware), dulu dibuat
dari lempung, biasanya berpori; oleh karena itu sekarang menggunakan komposisi
ke kaca. Kadang-kadang bersama komposisi triaksial ditambahkan juga grog kekaca
ukuran tertentu yang telah mengalami pembakaran pendahuluan.
e.
Keramik
batu (stone ware), adalah jenis yang
tertua di antara barang keramik, yang telah digunakan jauh sebelum pengembangan
porselin; bahkan keramik ini dapat dianggap sebagai porselin kasar yang
pembuatannya tidak dilakukan dengan teliti dan terbuat dari bahan baku bermutu
rendah.
Ubin keramik putih (white ware tile) terdapat dalam berbagai
jenis khusus, biasanya dikelompokkan atas ubin lantai yang tahan terhadap
abrasi dan kedap terhadap peresapan noda, ada yang diglasir ada yang tidak; dan
ubin dinding yang juga mempunyai permukaan keras dan permanen dengan berbagai
macam warna dan tekstur. [8]
C.
Cara
Mengolah Keramik Putih dari Tanah Liat
1.
Pengolahan
bahan
Tujuan
pengolahan bahan ini adalah untuk mengolah bahan baku dari berbagai material
yang belum siap pakai menjadi badan keramik plastis yang telah siap pakai.
Pengolahan bahan dapat dilakukan dengan metode basah maupun kering, dengan cara
manual ataupun masinal. Didalam pengolahan bahan ini ada proses-proses tertentu
yang harus dilakukan antara lain pengurangan ukuran butir, penyaringan,
pencampuran, pengadukan (mixing), dan pengurangan kadar air. Pengurangan ukuran
butir dapat dilakukan dengan penumbukan atau penggilingan dengan ballmill.
Penyaringan dimaksudkan untuk memisahkan material dengan ukuran yang tidak
seragam. Ukuran butir biasanya menggunakan ukuran mesh. Ukuran yang lazim
digunakan adalah 60 – 100 mesh.
Pencampuran
dan pengadukan bertujuan untuk mendapatkan campuran bahan yang homogen/seragam.
Pengadukan dapat dilakukan dengan cara manual maupun masinal dengan blunger
maupun mixer.
Pengurangan
kadar air dilakukan pada proses basah, dimana hasil campuran bahan yang
berwujud lumpur dilakukan proses lanjutan, yaitu pengentalan untuk mengurangi
jumlah air yang terkandung sehingga menjadi badan keramik plastis. Proses ini
dapat dilakukan dengan diangin-anginkan diatas meja gips atau dilakukan dengan
alat filterpress.
Tahap
terakhir adalah pengulian. Pengulian dimaksudkan untuk menghomogenkan massa
badan tanah liat dan membebaskan gelembung-gelembung udara yang mungkin
terjebak. Massa badan keramik yang telah diuli, disimpan dalam wadah tertutup,
kemudian diperam agar didapatkan keplastisan yang maksimal.
1.
Pembentukan
Tahap pembentukan adalah tahap mengubah bongkahan badan tanah liat plastis
menjadi benda-benda yang dikehendaki. Ada tiga keteknikan utama dalam membentuk
benda keramik: pembentukan tangan langsung (handbuilding), teknik putar
(throwing), dan teknik cetak (casting).
a.
Pembetukan tangan langsung
Dalam membuat keramik dengan teknik pembentukan tangan
langsung, ada beberapa metode yang dikenal selama ini: teknik pijit (pinching),
teknik pilin (coiling), dan teknik lempeng (slabbing).
b.
Pembentukan
dengan teknik putar
Pembentukan
dengan teknik putar adalah keteknikan yang paling mendasar dan merupakan
kekhasan dalam kerajinan keramik. Karena kekhasannya tersebut, sehingga
keteknikan ini menjadi semacam icon dalam bidang keramik. Dibandingkan dengan
keteknikan yang lain, teknik ini mempunyai tingkat kesulitan yang paling
tinggi. Seseorang tidak begitu saja langsung bisa membuat benda keramik begitu
mencobanya. Diperlukan waktu yang tidak sebentar untuk melatih jari-jari agar
terbentuk ’feeling’ dalam membentuk sebuah benda keramik. Keramik dibentuk
diatas sebuah meja dengan kepala putaran yang berputar. Benda yang dapat dibuat
dengan keteknikan ini adalah benda-benda yang berbentuk dasar silinder:
misalnya piring, mangkok, vas, guci dan lain-lain. Alat utama yang digunakan
adalah alat putar (meja putar). Meja putar dapat berupa alat putar manual
mapupun alat putar masinal yang digerakkan dengan listrik.
Secara
singkat tahap-tahap pembentukan dalam teknik putar adalah: centering (pemusatan), coning
(pengerucutan), forming (pembentukan),
rising (membuat ketinggian benda), refining the contour (merapikan).
Pembentukan dengan teknik cetak. Dalam keteknikan ini, produk
keramik tidak dibentuk secara langsung dengan tangan; tetapi menggunakan
bantuan cetakan/mold yang dibuat dari gipsum. Teknik cetak dapat dilakukan dengan 2 cara: cetak padat dan cetak tuang
(slip). Pada teknik cetak padat bahan baku yang digunakan adalah badan tanah
liat plastis sedangkan pada teknik cetak tuang bahan yang digunakan berupa
badan tanah liat slip/lumpur. Keunggulan dari teknik cetak ini adalah benda
yang diproduksi mempunyai bentuk dan ukuran yang sama persis. Berbeda dengan
teknik putar atau pembentukan langsung,
3. Pengeringan
Setelah
benda keramik selesai dibentuk, maka tahap selanjutnya adalah pengeringan. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk menghilangkan air plastis yang
terikat pada badan keramik. Ketika badan keramik plastis dikeringkan akan
terjadi 3 proses penting: (1) Air pada lapisan antarpartikel lempung mendifusi
ke permukaan, menguap, sampai akhirnya partikel-partikel saling bersentuhan dan
penyusutan berhenti; (2) Air dalam pori hilang tanpa terjadi susut; dan (3) air
yang terserap pada permukaan partikel hilang. Tahap-tahap ini menerangkan
mengapa harus dilakukan proses pengeringan secara lambat untuk menghindari
retak/cracking terlebih pada tahap 1. Proses yang terlalu cepat akan
mengakibatkan keretakkan dikarenakan hilangnya air secara tiba-tiba tanpa
diimbangi penataan partikel tanah liat secara sempurna, yang mengakibatkan
penyusutan mendadak.
Untuk
menghindari pengeringan yang terlalu cepat, pada tahap awal benda keramik
diangin-anginkan pada suhu kamar. Setelah tidak terjadi penyusutan, pengeringan
dengan sinar matahari langsung atau mesin pengering dapat dilakukan.
4. Pembakaran
Pembakaran
merupakan inti dari pembuatan keramik dimana proses ini mengubah massa yang
rapuh menjadi massa yang padat, keras, dan kuat. Pembakaran dilakukan dalam
sebuah tungku/furnace suhu tinggi. Ada beberapa parameter yang mempengaruhi
hasil pembakaran: suhu sintering/matang, atmosfer tungku dan tentu saja mineral
yang terlibat. Selama pembakaran, badan keramik mengalami beberapa
reaksi-reaksi penting, hilang/muncul fase-fase mineral, dan hilang berat
(weight loss). Secara umum tahap-tahap pembakaran maupun kondisi api furnace
dapat dirinci dalam tabel.
Pembakaran
biskuit merupakan tahap yang sangat penting karena melalui pembakaran ini suatu
benda dapat disebut sebagai keramik. Biskuit (bisque) merupakan suatu istilah
untuk menyebut benda keramik yang telah dibakar pada kisaran suhu 700 – 1000oC.
Pembakaran biskuit sudah cukup membuat suatu benda menjadi kuat, keras, kedap
air. Untuk benda-benda keramik berglasir, pembakaran biskuit merupakan tahap
awal agar benda yang akan diglasir cukup kuat dan mampu menyerap glasir secara
optimal.
5. Pengglasiran
Pengglasiran
merupakan tahap yang dilakukan sebelum dilakukan pembakaran glasir. Benda
keramik biskuit dilapisi glasir dengan cara dicelup, dituang, disemprot, atau
dikuas. Untuk benda-benda kecil-sedang pelapisan glasir dilakukan dengan cara dicelup
dan dituang; untuk benda-benda yang besar pelapisan dilakukan dengan
penyemprotan. Fungsi glasir pada produk keramik adalah untuk menambah
keindahan, supaya lebih kedap air, dan menambahkan efek-efek tertentu sesuai
keinginan. [1]
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan makalah tersebut,
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Tanah
liat adalah suatu
zat sejenis mineral yang terbentuk dari kristal-kristal dengan
ukuran sangat kecil dan halus yang terbentuk
dari batuan sedimen.
2. Keramik
adalah artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses
pembakaran. Sedangkan, keramik putih adalah sejenis produk keramik yang biasanya
berwarna putih dan mempunyai tekstur (jaringan) halus.
3. Proses
pembuatan keramik dari tanah liat meliputi pengolahan bahan, pembentukan, pengeringan, pembakaran, pengglasiran.
[3]Anonim. Pabrik Keramik Lantai Berbahan Dasar Lumpur
Lapindo sebagai Pengganti Tanah Liat dengan Proses Basah-Kering halaman
9
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad,
Deza. Keramik (online)
http://www.scribd.com/doc/249655892/keramik-docx#scribd
diakses pada 26 April 2015 pukul 16.35 WIB
Anonim. Pabrik Keramik Lantai Berbahan Dasar Lumpur
Lapindo Sebagai Pengganti Tanah Liat Dengan Proses Basah-Kering. Surabaya:
Teknik Kimia ITS
Mazgun.
2008. Proses Pembuatan Keramik (online) http://www.studiokeramik.org diakses
pada 26 April pukul 16.20 WIB
Ramadhani,
Sari. Makalah BKK Keramik (online)
https://www.academia.edu/8334566/Makalah_BKK_Keramik_tekim_KB12_
diakses pada 26 April 2015 pukul 16.40 WIB
Wahana,
Denie. Rangkuman Materi Mata Pelajaran Prakarya. Salatiga: SMP Negeri 1
Zuhdi,
Muria. Keramik (online)
http://id.wikipedia.org/wiki/Keramik_putih
diakses pada 26 April 2015 pukul 15.30 WIB
0 komentar:
Posting Komentar