Mereka menggali lubang besar yang
dipenuhi kayu-kayu, batu-batu, dan pohon-pohon lalu mereka menyalakan api di
dalamnya. Kemudian mereka mendatangkan manjaniq, yaitu suatu alat yang dapat
digunakan untuk melempar Nabi Ibrahim ke dalam api sehingga ia jatuh ke dalam
lubang api. Mereka meletakkan Nabi Ibrahim setelah mereka mengikat kedua
tangannya dan kakinya pada manjaniq itu. Api pun mulai menyala dan asapnya
mulai membumbung ke langit. Manusia yang melihat peristiwa itu berdiri agak
jauh dari galian api itu kerana saking panasnya. Lalu, seorang tokoh dukun
memerintahkan agar Ibrahim dilepaskan ke dalam api. Tiba-tiba malaikat Jibril
berdiri di hadapan Nabi Ibrahim dan bertanya kepadanya: "Wahai Ibrahim,
tidakkah engkau memiliki keperluan?" Nabi Ibrahim menjawab: "Aku
tidak memerlukan sesuatu darimu." Nabi Ibrahim pun dilepaskan lalu
dimasukkan ke dalam kubangan api. Nabi Ibrahim terjatuh dalam api. Api pun
mulai mengelilinginya, lalu Allah SWT menurunkan perintah kepada api, Allah SWT
berkata:
قُلْنــَـا يَـــا ناَرُ كُـوْنِيْ بَرْدًا وَ سَلاَمــًا عَلَى إِبْرَاهِيـــْمَ ﴿ الأنبيــاء : ٦٩ ﴾
"Kami berfirman: Wahai api jadilah
engkau dingin dan membawa keselamatan kepada
Ibrahim." (QS. al-Anbiya': 69)
Api pun tunduk kepada perintah Allah
SWT sehingga ia menjadi dingin dan membawa keselamatan bagi Nabi Ibrahim. Api
hanya membakar tali- tali yang mengikat Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim dengan
tenang berada di tengah-tengah api seakan-akan beliau duduk di tengah-tengah
taman. Beliau memuji Allah SWT, Tuhannya dan mengagungkan-Nya. Yang ada di
dalam hatinya hanya cinta kepada sang Kekasih, yaitu Allah SWT.
Itu merupakan cerita
singkat bagaimana Nabi Ibrahim selamat, lalu bagaimana menurut ilmu sains
mengenai api menjadi dingin?
Kita ketahui bahwa “air” pada esensinya
adalah musuh “api” dan air dapat digunakan sebagai sebaik-baik media untuk
memadamkan api. Namun air ini, yang terdiri dari rangkapan dua unsur hydrogen
(H2O) dan oksigen (O2), apabila dengan bantuan katalisator, kita bagi menjadi
dua unsur konstruktif (dan terpisah satu dengan yang lain), yaitu salah satunya
(hydrogen) maka unsur ini akan menjadi bahan peledak apabila bersentuhan dengan
api. Demikian juga, dengan unsur lainnya (oksigen) yang akan menyebabkan nyala
api semakin berkobar; artinya dua unsur ini, tepatnya melakukan aktifitas
persis kebalikan dari air yang rangkapannya dapat memadamkan api. Hal ini
secara ilmiah tidak bertentangan dengan hukum kausalitas.
Setelah memperhatikan pada contoh yang
telah disebutkan di atas, harus diketahui bahwa dewasa ini, sains telah
menetapkan bahwa aksi dan reaksi, perubahan dan pergantian seperti ini bukanlah
sesuatu yang mustahil dan sesuai dengan prinsip yang telah diterima bahwa
“materi dan energi sekali-kali tidak akan musnah melainkan senantiasa berganti
dan berubah (dari satu kondis ke kondisi lainnya)” Karena itu, dapat dikatakan
bahwa terdapat kemungkinan adanya pergantian energi pada api menjadi materi dan
hal ini bukan sesuatu hal yang mustahil dalam pandangan sains, kendati pada kondisi
natural, kemungkinan bergantinya api secara cepat menjadi bunga dan tanaman,
sangat pelik dan mungkin mustahil dalam pandangan kasat mata manusia.
Dengan
kata lain, hal ini dapat dikatakan sebagai kemustahilan normal, namun perubahan
dan pergantian ini bukanlah mustahil secara ilmiah. Boleh jadi di masa-masa
mendatang manusia mampu melakukannya dimana tentu saja pada waktu itu juga
kemampuan manusia dalam mengganti energi menjadi materi masih terbatas dan pada
masa yang cukup lama, mungkin mereka akan mampu mengubah energi menjadi hanya
dalam beberapa menit.
Lalu apakah di zaman
sekarang ini kita dapat fenomena api dingin seperti itu ?
Baru baru ini telah
dihebohkan mengenai NASA membuat api dingin di luar angkasa. Api
itu merupakan ribuan
reaksi kimia berlangsung secara bersamaan yang melibatkan elemen api. Molekulhidrokarbon dari sumbu dapat menguap dan pecah-pecah terpisah oleh panas.
Peneliti mengombinasikan proses menguapnya
hidrokarbon tersebut dengan oksigen untuk menciptakan cahaya, panas,
karbondioksida dan air. Terlihat bentuk mirip tetesan air mata yang merupakan
api, sebagai efek buoyancy (gaya
apung) yang terjadi ketika udara panas naik dan menarik udara sejuk.
Api tersebut terlihat berkedip. Namun, di ruang
tanpa gravitasi, proses pembakaran dari api akan berbeda, di mana api tersebut
membentuk bola-bola kecil.
Dalam ruang difusi molekular, terjadi proses
menarik oksigen ke api dan produksi pembakaran dari api berada di tingkat 100
kali lipat lebih lambat dari aliran 'apung' di Bumi.
Ia meyakini bahwa api tidak benar-benar hilang,
namun api di luar angkasa ini menjadi 'api dingin' (berwarna kebiruan) yang
bisa membakar pada suhu relatif lebih rendah. Api tersebut bersuhu sekira
500-800 Kelvin, ketimbang api pada umumnya yang bersuhu 1500 dan 2000 Kelvin.
Subhanallah,
Maha Suci Allah Yang Maha Agung , telah menunjukkan kebesaranNya kepada kita
semua. Menunjukkan api dingin yang dulu masih menjadi misteri bagi kita semua.
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan semakin tahunya kebesaran tuhan.
Dari pembahasan
di atas kita dapat menarik kesimpulan, bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun
di langit atau di bumi yang dapat menghalangi atau menentangnya dan hanya kata
“kun” yang difirmankan oleh-Nya maka terjadilah akan apa yang dikehendakinya
“Fayakun”.
0 komentar:
Posting Komentar