Rabu, 02 Maret 2016

Nabi Ibrahim Selamat dari Api



Mereka menggali lubang besar yang dipenuhi kayu-kayu, batu-batu, dan pohon-pohon lalu mereka menyalakan api di dalamnya. Kemudian mereka mendatangkan manjaniq, yaitu suatu alat yang dapat digunakan untuk melempar Nabi Ibrahim ke dalam api sehingga ia jatuh ke dalam lubang api. Mereka meletakkan Nabi Ibrahim setelah mereka mengikat kedua tangannya dan kakinya pada manjaniq itu. Api pun mulai menyala dan asapnya mulai membumbung ke langit. Manusia yang melihat peristiwa itu berdiri agak jauh dari galian api itu kerana saking panasnya. Lalu, seorang tokoh dukun memerintahkan agar Ibrahim dilepaskan ke dalam api. Tiba-tiba malaikat Jibril berdiri di hadapan Nabi Ibrahim dan bertanya kepadanya: "Wahai Ibrahim, tidakkah engkau memiliki keperluan?" Nabi Ibrahim menjawab: "Aku tidak memerlukan sesuatu darimu." Nabi Ibrahim pun dilepaskan lalu dimasukkan ke dalam kubangan api. Nabi Ibrahim terjatuh dalam api. Api pun mulai mengelilinginya, lalu Allah SWT menurunkan perintah kepada api, Allah SWT berkata:

قُلْنــَـا يَـــا ناَرُ كُـوْنِيْ بَرْدًا وَ سَلاَمــًا عَلَى إِبْرَاهِيـــْمَ ﴿ الأنبيــاء : ٦٩
"Kami berfirman: Wahai api jadilah engkau dingin dan membawa keselamatan kepada
Ibrahim." (QS. al-Anbiya': 69)

Api pun tunduk kepada perintah Allah SWT sehingga ia menjadi dingin dan membawa keselamatan bagi Nabi Ibrahim. Api hanya membakar tali- tali yang mengikat Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim dengan tenang berada di tengah-tengah api seakan-akan beliau duduk di tengah-tengah taman. Beliau memuji Allah SWT, Tuhannya dan mengagungkan-Nya. Yang ada di dalam hatinya hanya cinta kepada sang Kekasih, yaitu Allah SWT.

Itu merupakan cerita singkat bagaimana Nabi Ibrahim selamat, lalu bagaimana menurut ilmu sains mengenai api menjadi dingin?

Kita ketahui bahwa “air” pada esensinya adalah musuh “api” dan air dapat digunakan sebagai sebaik-baik media untuk memadamkan api. Namun air ini, yang terdiri dari rangkapan dua unsur hydrogen (H2O) dan oksigen (O2), apabila dengan bantuan katalisator, kita bagi menjadi dua unsur konstruktif (dan terpisah satu dengan yang lain), yaitu salah satunya (hydrogen) maka unsur ini akan menjadi bahan peledak apabila bersentuhan dengan api. Demikian juga, dengan unsur lainnya (oksigen) yang akan menyebabkan nyala api semakin berkobar; artinya dua unsur ini, tepatnya melakukan aktifitas persis kebalikan dari air yang rangkapannya dapat memadamkan api. Hal ini secara ilmiah tidak bertentangan dengan hukum kausalitas.

Setelah memperhatikan pada contoh yang telah disebutkan di atas, harus diketahui bahwa dewasa ini, sains telah menetapkan bahwa aksi dan reaksi, perubahan dan pergantian seperti ini bukanlah sesuatu yang mustahil dan sesuai dengan prinsip yang telah diterima bahwa “materi dan energi sekali-kali tidak akan musnah melainkan senantiasa berganti dan berubah (dari satu kondis ke kondisi lainnya)” Karena itu, dapat dikatakan bahwa terdapat kemungkinan adanya pergantian energi pada api menjadi materi dan hal ini bukan sesuatu hal yang mustahil dalam pandangan sains, kendati pada kondisi natural, kemungkinan bergantinya api secara cepat menjadi bunga dan tanaman, sangat pelik dan mungkin mustahil dalam pandangan kasat mata manusia.

Dengan kata lain, hal ini dapat dikatakan sebagai kemustahilan normal, namun perubahan dan pergantian ini bukanlah mustahil secara ilmiah. Boleh jadi di masa-masa mendatang manusia mampu melakukannya dimana tentu saja pada waktu itu juga kemampuan manusia dalam mengganti energi menjadi materi masih terbatas dan pada masa yang cukup lama, mungkin mereka akan mampu mengubah energi menjadi hanya dalam beberapa menit.


Lalu apakah di zaman sekarang ini kita dapat fenomena api dingin seperti itu ?



Baru baru ini telah dihebohkan  mengenai  NASA membuat api dingin di luar angkasa. Api itu merupakan ribuan reaksi kimia berlangsung secara bersamaan yang melibatkan elemen api. Molekulhidrokarbon dari sumbu dapat menguap dan pecah-pecah terpisah oleh panas.

Peneliti mengombinasikan proses menguapnya hidrokarbon tersebut dengan oksigen untuk menciptakan cahaya, panas, karbondioksida dan air. Terlihat bentuk mirip tetesan air mata yang merupakan api, sebagai efek buoyancy (gaya apung) yang terjadi ketika udara panas naik dan menarik udara sejuk.

Api tersebut terlihat berkedip. Namun, di ruang tanpa gravitasi, proses pembakaran dari api akan berbeda, di mana api tersebut membentuk bola-bola kecil.

Dalam ruang difusi molekular, terjadi proses menarik oksigen ke api dan produksi pembakaran dari api berada di tingkat 100 kali lipat lebih lambat dari aliran 'apung' di Bumi.

Ia meyakini bahwa api tidak benar-benar hilang, namun api di luar angkasa ini menjadi 'api dingin' (berwarna kebiruan) yang bisa membakar pada suhu relatif lebih rendah. Api tersebut bersuhu sekira 500-800 Kelvin, ketimbang api pada umumnya yang bersuhu 1500 dan 2000 Kelvin.

Subhanallah, Maha Suci Allah Yang Maha Agung , telah menunjukkan kebesaranNya kepada kita semua. Menunjukkan api dingin yang dulu masih menjadi misteri bagi kita semua. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan semakin tahunya kebesaran tuhan.

Dari pembahasan di atas kita dapat menarik kesimpulan,  bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang dapat menghalangi atau menentangnya dan hanya kata “kun” yang difirmankan oleh-Nya maka terjadilah akan apa yang dikehendakinya “Fayakun”.





 


0 komentar:

Posting Komentar