BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perkembangan zaman menuntut manusia untuk
berpikir lebih maju guna terpenuhinya semua kebutuhan manusia, sehingga
muncullah teknologi rekayasa yang menghasilkan berbagai macam material baru
sebagai bukti kecanggihan teknologi. Belakangan ini, sebagian orang lebih
memilih mengembangkan penemuan material yang berbahan dasar alam, dengan alasan
lebih ramah lingkungan mudah ditemui dan harga yang murah.
Komposit adalah campuran dari dua atau lebih
material dalam skala makro sehingga menghasilkan material baru yang memiliki
sifat yang berbeda. Umumnya dalam komposit terdapat bahan
yang disebut sebagai “matriks” dan bahan “penguat”. Bahan matriks umumnya dapat
berupa logam, polimer, keramik, karbon. Matriks dalam komposit berfungsi untuk
mendistribusikan beban ke dalam seluruh material penguat komposit. Sifat
matriks biasanya “ulet” (ductile).
Bahan penguat dalam komposit berperan untuk menahan beban yang diterima oleh
material komposit. Sifat bahan penguat biasanya kaku dan tangguh. Bahan penguat
yang umum digunakan selama ini adalah serat karbon, serat gelas, keramik. (Wage
Nugraha, 2008)
Indonesia merupakan Negara yang kaya
akan hayati dan sebagian penduduk Indonesia bermatapencaharian sebahai petani.
Diantara hasil pertanian yang banyak diperoleh di Indonesia, terutama di daerah
Jawa dan Sumatera adalah tebu. Tebu dimanfaatkan untuk memproduksi gula. Proses
pengolahan tebu menjadi gula menyisakan limbah berupa serat. Serat tebu ini
dapat jadikan bahan untuk membuat komposit serat alam dan dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang, diantaranya di bidang
bangunan, otomotif, dan sipil. Contohnya campuran pada beton, campuran untuk body dan lain-lain. Dalam makalah ini
akan dibahas mengenai komposit serat alam dari tebu.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa yang
dimaksud dengan komposit serat tebu?
2. Bagaimana
sifat mekanis dari komposit serat tebu?
3. Bagaimana
aplikasi komposit serat tebu?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
komposit dari serat tebu
2. Memahami
sifat mekanis komposit serat tebu
3. Mengetahui
aplikasi komposit serat tebu
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Komposit
Serat Tebu
Tebu
(Saccharum
officinarum)
adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula.Tanaman ini hanya dapat
tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan.
Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen kurang lebih 1 tahun. Di
Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra (Anonim, 2007).
Serat
tebu atau lazimnya disebut bagas, adalah hasil samping dari proses ekstraksi
(pemerahan) cairan tebu. Dari satu pabrik dihasilkan serat tebu sekitar 35% –
40% dari berat tebu yang digiling (Indriani dan Sumiarsih, 1992). Husin (2007) menambahkan,
berdasarkan data dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) serat
tebu yang dihasilkan sebanyak 32% dari berat tebu giling. Serat tebu sebagian
besar mengandung ligno-cellulose. Panjang seratnya antara 1,7 sampai 2
mm dengan diameter sekitar 20 mikro, sehingga serat tebu ini dapatmemenuhi
persyaratan untuk diolah menjadi papan-papan buatan. Bagas mengandung air 48 -
52%, gula rata-rata 3,3% dan serat rata-rata 47,7%. Seratbagas tidak dapat
larut dalam air dan sebagian besar terdiri dari selulosa, pentosan dan lignin
(Husin, 2007).
B.
Cara
Pengolahan Komposit Serat Tebu
Dalam industri pengolahan batang tebu
menjadi gula, air perasan tebu dipisahkan dari serat ampas tebu. Pemisahan ini
menggunakan bantuan mesin. Air perasan nantinya akan diolah gula sebagai produk
industri, sedangkan serat ampas tebu menjadi limbah industri yang biasanya akan
diolah dan dimanfaatkan oleh industri lain menjadi pupuk, pulp kertas, penguat
asbes semen, bahan bakar boiler dan lain sebagainya.
Pengolahan serat ampas tebu dimulai dengan serat
ampas tebu dari sisa limbah industri gula direndam 1 hari lalu dicuci bersih
untuk menghilangkan rasa manis dari serat, kemudian disisir dengan sikat kawat
untuk menghilangkan gabus yang menempel dengan serat. Setelah itu dikeringkan
dengan diangin-anginkan selama kurang lebih 7 hari. Serat ampas tebu yang telah kering dilakukan
penyisiran lagi untuk menghilangkan gabus yang masih melekat pada serat. Serat
dalam pelepah tebu diambil satu persatu secara manual dengan menggunakan tangan
untuk mendapatkan benang-benang serat tebu. Benang-benang serat yang telah
terkumpul bervariasi baik diameter maupun kualitas keuletannya, oleh karena itu
benang-benang serat diikat dengan jumlah antara 8-12 benang yang memilki
diameter kurang lebih 2,5 mm dengan tujuan agar diperoleh serat yang memiliki
diameter dan tingkat keuletan yang homogen. Proses selanjutnya melakukan
penganyaman serat secara manual dengan menggunakan tangan untuk memperoleh
serat ampas tebu dalam bentuk lembaran-lembaran. (Yudo Hartono dan Sukanto
Jatmiko. 2008: 97-98)
Pembuatan
komposit serat tebu membutuhkan alat dan bahan yang cukup sederhana. Bahan campuran yang
digunakan dalam pembuatan komposit bermacam-macam, misal matrik, epoxy dan
polyester. Dalam penelitian Hartono Yudo dan Sukanto Jatmiko (2010) pembuatan
komposit ampas tebu menggunakan bahan campuran berupa matrik. Proses pembuatan komposit dilakukan sebagai berikut :
1.
Menyiapkan bahan-bahan yang
akan diperlukan dalam pengerjaan pembuatan material komposit. Bahan-bahan yang
dibutuhkan, antara lain;
a. Lembaran-lembaran serat ampas tebu hasil penganyaman
b.
Matrik
Dalam penelitian ini, jenis material
polymer yang dipilih sebagai bahan matrik adalah jenis Unsaturated Polyester
Resin dengan merk dagang YUKALAC 157 BQTN-EX dengan data teknis sebagai
berikut;
·
Massa Jenis : 1,19 gr/cm3
·
Modulus Young : 1,18.103 N/mm2
·
Angka Poison : 0,33
·
Kekuatan Tarik : 12,07 N/mm2
Dalam resin ini, mengandung komposisi campuran resin polyester tak
jenuh murni dan bahan pelarut sterin dengan perbandingan 1:3. Selain itu di
tambah katalis berupa MEKPO (Metil Etil Keton Peroksida) sebagai zat curing.
c.
Wax
Wax berfungsi memudahkan melepas
komposit dari cetakan.
2.
Peralatan yang digunakan untuk
menunjang pembuatan material komposit, antara lain;
a. Alat Cetakan;
Cetakan yang digunakan berbahan kaca dengan ketebalan 10
mm dan terdiri atas tiga bagian yaitu; bagian tepi, bagian alas dan bagian
tutup cetakan..
b. Timbangan;
Digunakan untuk mengukur berat serat dan matriks
c. Gelas Ukur;
Untuk mengukur volume resin yang akan dituang di
cetakan.
d. Mixer:
Untuk mengaduk antara resin dengan katalis agar campuran
katalis dengan resin menyatu.
e. Kuas (1”)
Untuk meratakan resin yang dituang ke dalam cetakan di
atas serat.
f. Penjepit kayu;
Untuk menjepit tutup cetakan supaya permukaan rata dan
mengatur ketebalan lamina yang diinginkan.
g. Sarung Tangan;
Untuk melindungi tangan agar tidak bersentuhan langsung
dengan campuran resin.
h. Gergaji;
Digunakan untuk memotong spesimen sesuai bentuk standar
ASTM.
i.
Gerinda;
Untuk memotong dan menghaluskan spesimen sesuai standar
ASTM.
3.
Menghitung ketebalan lamina
4.
Menghitung fraksi berat dan volume
bahan. Setelah diketahui fraksi berat dan volume untuk serat untuk satu cetakan,
maka lembaran-lembaran serat dapat dibagi sesuai dengan dimensi panjang dan
lebar cetakan.
5.
Cetakan kaca dilapisi dengan wax
secara merata agar lamina kulit mudah dilepas dari cetakan.
6.
Kemudian resin yang telah
diukur dicampur dengan katalis dengan perbandingan 1 lt resin : 10 ml katalis,
hal ini dilakukan supaya proses polimerisasi tidak terlalu cepat sehingga
gelembung yang muncul dan terperangkap dalam matriks bisa dikeluarkan dengan
cara ditekan-tekan dalam waktu yang cukup lama. Resin yang telah diberi katalis
dicampur/diaduk dengan menggunakan mixer pada putaran rendah selama 2
menit, tujuannya supaya proses pencampuran resin dan katalis merata dengan
putaran adukan yang konstan. Kemudian diamkan selama kurang lebih 4 menit agar
gelembung udara dapat terlepas keluar.
7.
Metode pembuatan material
komposit menggunakan metode woven roving, yaitu serat ampas tebu yang
dianyam saling tegak lurus membentuk seperti tikar. Pada proses pembuatan
lamina, perbandingan volume antara serat woven roving dengan resin yang
digunakan adalah sekitar 45 – 50 % serat woven roving dan 50 – 55 %
resin polyester
8.
Menuangkan campuran resin,
cobalt dan katalis ke dalam cetakan sebanyak 1/2 dari total campuran lamina,
lalu diratakan dengan kuas
9.
Kemudian bingkai anyaman serat
tebu pada sisi-sisinya lalu diletakkan di atas cairan resin dalam cetakan.
Untuk menghilangkan gelembung udara yang terperangkap maka lamina harus
ditekan-tekan sehingga gelembung udara bisa keluar
10. Menuangkan sisa campuran resin, cobalt dan katalis ke dalam cetakan
sebanyak 1/2 dari total campuran lamina, lalu diratakan dengan kuas
11. Cetakan ditutup dengan plastik, dan untuk menghilangkan gelembung
udara yang terperangkap saat pengerjaan, maka lamina ditekan-tekan dengan roll
sehingga gelembung udara bisa keluar
12. Selanjutnya tutup cetakan diletakan di atas lamina untuk meratakan
permukaan lamina
13. Setelah kurang lebih 9 jam atau lamina material komposit benar-benar
kering, material boleh dikeluarkan dari cetakan.
C.
Aplikasi
Serat Tebu
Serat
tebu merupakan salah satu material natural
fibre alternatif dalam pembuatan komposit. Secara ilmiah pemanfaatannya
masih dikembangkan. Komposit serat tebu memiliki banyak keuntungan diantaranya:
1. Bobot
ringan
2. Mempunyai
kekuatan dan kekakuan yang baik
3. Biaya
produksi murah
4. Tahan
korosi
5. Tidak
beracun
6. Lebih
ramah lingkungan dan mudah untuk didaur ulang. (Masyrukan.2010)
Pemanfaatan
komposit digunakan dalam berbagai bidang seperti industri otomotif, militer,
alat olahraga, kedokteran, dan juga alat rumah tangga. Aplikasi komposit serat
tebu untuk saat ini sudah banyak dan beragam. Sifat yang kuat dan kaku
menjadikan material ini sering digunakan sebagai material penguat diantaranya:
1. Pembuatan
dinding interior ruangan tahan gempa yang mampu meredam suara
2. Memberikan
solusi material alternatif untuk aplikasi berbasis struktural pengganti batu
bata atau batako
3. Dapat
digunakan untuk interior mobil
4.
Serat ampas tebu (bagasse) dapat digunakan sebagai pengganti fiberglass untuk material kulit kapal-kapal
kecil, kapal ikan dan speedboat. (Setiawan,
Windu.)
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan beberapa uraian dia atas, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Serat
tebu atau lazimnya disebut bagas, adalah hasil samping dari proses ekstraksi
(pemerahan) cairan tebu.serat ampas tebu biasanya dimanfaatkan menjadi pupuk,
pulp kertas, penguat asbes semen, bahan bakar boiler dan lain sebagainya.
2.
Cara pengolahan komposit serat
tebu meliputi 2 tahap pokok yaitu pengolahan serat tebu dan pengolahan
kompositnya.
3.
Serat tebu dapat diaplikasikan sebagai peredam suara, material
alternatif pada
bangunan, sebagai pengganti fiberglass untuk material kulit berbagai
kendaraan.
B.
Saran
Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil alamnya. Tak sedikit limbah dari pengolahan hasil alam yang
dibuang percuma. Alangkah baiknya dilakukan penelitian dalam pemanfaatan limbah
baik dari limbah hasil alam maupun limbah sintetis disamping bernilai jual juga
baik untuk menjaga kelestarian alam Indonesia. Contohnya adalah serat tebu, serat tebu ini dapat jadikan bahan untuk membuat komposit serat alam dan dapat
diaplikasikan dalam berbagai bidang,
diantaranya di bidang bangunan, otomotif, dan sipil. Contohnya campuran pada
beton, campuran untuk body kendaraan dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Masyrukan. 2010. Pemanfaatan Limbah Tebu Untuk Bahan Serat
Komposit Chopped Strand Mad Dengan Perbandingan Variasi Jenis Resin Terhadap
Sifat Fisis Dan Mekanis. Hibah penelitian dosen muda dari DIKTI
Setiawan, Windu. Studi Penggunaan Ampas Tebu sebagai Material
Inti Kapal F.R.P. Surabaya: ITS
Siregar, N.
2010. Pemanfatan Abu Pembakaran Ampas Tebu
dan Tanah Liat pada Pembuatan Batu Bata. Jurnal
USU
Sudarsono. 2012. Kajian Sifat Mekanik Material
Komposit Propeler Kincir Angin Standard Naca 4415 Modifikasi. Jurnal SNAST
periode III
Wagenugraha. 2008.
Material Komposit Tangguh Berbasis Serat Alam.
Yudo, Hartono dan Sukanto Jatmiko. 2008. Analisa Teknis Kekuatan Mekanis Material Komposit Berpenguat Serat Ampas
Tebu (Baggase) Ditinjau Dari
Kekuatan Tarik Dan Impak. Jurnal
KAPAL Vol.5 No.2
0 komentar:
Posting Komentar