BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara kepulauan
yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, terutama di bidang perairan. Salah
satu pulau yang memiliki potensi sumber air yang besar adalah Pulau Jawa. Namun
di beberapa daerah di Pulau Jawa justru masyarakatnya mengalami kesulitan untuk
mendapatkan air. Salah satu daerah tersebut adalah Gunungkidul,
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Secara astronimis, Gunungkidul
memiliki koordinat 110o21 - 110o50 BT dan 7o46’-8o09’
LS. Secara geografis terletak pada dataran tinggi sebelah tenggara Provinsi DIY
dengan morfologi batuan karst. Batuan karst adalah batuan gamping yang memiliki
banyak permeabilitas dan porositas di dalamnya. Hal itu menyebabkan air
cenderung melarutkan batu gamping yang ada di permukaan, sehingga masyarakat
daerah Gunungkidul mengalami kesulitan air, terutama saat musim kemarau.
Padahal air di bawah permukaan sangat melimpah. Hanya saja masyarakat belum
mengetahui titik – titik sumber air.
Sebelumnya dari pemerintah sudah ada
bantuan air berupa tanki.Tetapi hal
itu belum bisa mengatasi masalah kekurangan air tersebut. Bahkan belum ada
pemberdayaan sumber air yang melimpah di bawah tanah. Banyak riset yang telah
dilakukan, baik dari pemerintah setempat maupun kerja sama dengan pihak asing.
Namun belum ada tindak lanjut yang jelas. Oleh karena itu diperlukan suatu
teknologi pembaharu.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sangat pesat dewasa ini, termasuk juga kemajuan dalam bidang
teknologi nuklir, telah mengantarkan umat manusia kepada tingkat kehidupan yang
lebih baik dibanding pada waktu sebelumnya. Aplikasi teknologi nuklir merupakan
suatu kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir yang pada
saat ini telah dimanfaatkan dalam bidang kegiatan, salah satunya bidang
hidrologi (Wardhana, 2007 : 263).
Sehubungan dengan hal itu, makalah ini akan membahas tentang perunutan
arah aliran air tanah dengan menggunakan radioisotop Na-24. Radioisotop ini
dipilih dengan alasan keselamatan lingkungan. Bila suatu instalasi atau
kegiatan yang memanfaatkan teknologi nuklir telah beroperasi, berarti masalah
keselamatannya telah terjamin dengan baik dan tidak akan menimbulkan dampak
buruk bagi manusia maupun lingkungan (Wardhana, 2007:264). Radioisotop Na-24
juga relatif cepat meluruh atau waktu paruhnya
pendek sehingga cepat menyesuaikan dengan cacah latar. Di samping itu zat
radioisotop Na-24 juga mudah didapat dengan harga yang murah.
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut :
1.2.1 Sumber air sulit ditemukan,
sehingga terjadi kekurangan air di daerah Gunungkidul
1.2.2 Morfologi daerah Gunungkidul
berupa karst sehingga tipe aliran air adalah multi basinal
1.2.3 Belum adanya studi lanjut
mengenai penentuan arah aliran air tanah
1.3. BATASAN MASALAH
Dari masalah – masalah yang telah dikemukakan di atas, pembahasan
pada makalah ini akan dibatasi pada :
1.3.1 Cara merunut aliran air dalam
tanah di daerah Gunungkidul menggunakan isotop
Na-24
1.3.2 Cara kerja metode Gamma Raylog
1.4. TUJUAN
1.4.1 Untuk mengetahui cara merunut air tanah dengan menggunakan zat radioaktif
1.4.2 Untuk mengetahui bagaimana zat radioaktif bekerja pada proses perunutan
BAB II
POKOK BAHASAN
2.1. RADIOISOTOP Na-24
Seperti yang telah dipaparkan di
atas, bahwa pemanfaatan radioisotop pada bidang hidrologi memberikan banyak
keuntungan dan kemudahan yang penggunaannya memanfaatkan teknologi modern. Dengan
kata lain aplikasi pemakaian radioisotop pada bidang hidrologi sangat berarti
bagi ilmu pengetahuan. Aplikasi
teknologi nuklir dalam bidang hidrologi saat ini telah banyak dilakukan karena
dapat memecahkan masalah – masalah pelik dalam kehidupan masyarakat, salah
satunya adalah dengan menentukan arah aliran air tanah. Hal ini seringkali
diperlukan untuk menentukan sumber air tanah yang dapat digunakan oleh
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari.
Pemakaian radioisotop pada bidang
hidrologi tersebut salah satunya adalah sebagai perunut. Pemanfaatan
radioisotop sebagai perunut yaitu dengan memasukkan (menginjeksikan) radioisotop
tertentu ke dalam suatu sistem yang akan dipelajari sehingga radioisotop
berbaur dengan sistem, yang selanjutnya diikuti gerak dan tingkah laku perunut
radioaktif yang telah dimasukkan ke dalam sistem tadi (Wardhana, 2007:318 ).
Pada perunutan arah aliran air tanah digunakan teknik perunutan atau tracer
technique.
Dengan mencacah air tanah dari sumur
– sumur lain yang ada di sekelilingnya, maka arah gerakan air tanah di tempat
tersebut dapat ditentukan, yaitu dengan cara mengetahui adanya radiotracer
yang terlarut dalam air. Dalam hal ini radiotracer hanya akan ditemukan pada
air tanah dari sumur – sumur tertentu, yang berarti aliran air tanah itu
menunjukkan ke sumur dimana dalam air tanahnya ditemukan radiotracer
yang sebelumnya diinjeksikan. (Alatas, dkk, 2001:128).
Gambar 2.1 Penentuan
Aliran Air Tanah (Wardhana, 2007)
Pada teknik ini radioisotop
disuntikkan ke dalam sumur A. Setelah beberapa saat air sumur 1 sampai sumur 6
diambil dan dianalisis kandungan radioisotopnya. Sumur yang ,engandung
radioisotop terbanyak, menunjukkan arah aliran air tanah dari sumur A ke sumur
yang terbanyak radioisotopnya (Wardhana, 2007:319).
Radioisotop yang digunakan untuk
merunut arah aliran air tanah adalah Na-24. Karena isotop Na-24 memiliki
beberapa sifat yang mendukung jika digunakan untuk perunut air, diantaranya :
1.
Larut dalam air
dan tidak membentuk endapan yang disebabkan karena interaksi kimia dengan air,
sepertiproses oksidasin ataupun reduksi.
2.
Tidak bereeaksi
dengan atau diserap oleh suspensi atau materi yang terdapat di dalam air.
3.
Tidak bersifat
racun yang dapat mengganggu kesehatan.
4.
Bisa terdeteksi
walaupun dalam jumlah yang sangat kecil.
5.
Mudah diperoleh
dengan harga yang murah.
Untuk mendeteksi aliran air tanah,
garam NaCl yang mengandung radioisotop Na-24 dilarutkan melalui sumur A.
Radioisotop Na-24 dapat memancarkan sinar gamma yang dapat dideteksi dengan
alat yang disebut Gamma Ray Log.
Gambar 2.2 Gamma Ray Log (www.webkreuler.com)
Gambar
2.3 Gamma Ray Log (http://donnysitompul.com/?p=886)
2.2. GAMMA RAY LOG
Gamma Ray Log merupakan
perekaman dari radioaktivitas yang
terkandung dalam air yang terjadi secara alamiah (naturally occuring
radioactivity). Dari hasil perekaman tersebut akan terbentuk sebuah
kurva dimana kurva tersebut menunjukan besaran intensitas radioaktif
yang ada dalam air, sehingga log gamma ray berguna untuk mendeteksi atau mengevaluasi
endapan-endapan mineral radioaktif seperti potassium atau bijih alumunium.
2.3. PENERAPAN RADIOISOTOP Na-24 DI DAERAH GUNUNGKIDUL
Dari
wawancara yang telah pemakalah lakukan dengan narasumber salah satu warga asli
Gunungkidul, pemakalah mendapatkan beberapa informasi mengenai situasi dan
kondisi disana. Menurut beliau metode ini cocok digunakan di daerah Gunungkidul
salah satunya di daerah Ponjong.
BAB III
PENUTUP
3.1. SIMPULAN
Dari paparan diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa daerah Gunungkidul, Yogyakarta merupakan daerah yang mempunyai
lapisan batuan gamping yang bersifat larut terhadap air. Hal itu yang
menyebabkan air cenderung meresap kebawah sehingga permukaan daerah Gunungkidul
merupakan dataran yang kering. Padahal dibawah permukaan tanah daerah tersebut
terdapat banyak sekali aliran bawah tanah yang mencukupi kebutuhan masyarakat
setempat.
Metode yang digunakan adalah
penggunaan radioisotop Na-24 dengan metode gammaraylog. Merupakan metode yang
menggunakan Na-24 yang dilarutkan dengan teknik radioisotop yang akan
disuntikkan ke dalam sumur A. Setelah beberapa saat air sumur 1 sampai sumur 6
diambil dan dianalisis kandungan radioisotopnya. Sumur yang ,engandung
radioisotop terbanyak, menunjukkan arah aliran air tanah dari sumur A ke sumur
yang terbanyak radioisotopnya (Wardhana, 2007:319). Hal itu akan dideteksi
dengan sebuah alat yang disebut gammaraylog. Dari hasil penelitian yang
dilakukan, akan didapat arah aliran dibawah permukaan tanah khususnya didaerah
Gunungkidul sehingga masalah kekurangan air didaerah tersebut bisa diatasi.
3.2. SARAN
Adapun saran bagi pembaca adalah
1.
Makalah ini
diharapkan dapat menjadi inspirasi yang bisa menjadi sebuah semangat untuk
melakukan penelitian yang baru.
2.
Makalah ini
diharapkan dapat membuat pembaca mengerti, bahwasanya nuklir sesuatu yang
berbahaya, tetapi sesuatu yang bisa bermanfaat bagi manusia.
3.
Makalah ini
diharap bisa menajadi sebuah referensi yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai
acuan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, Zubaidah dkk. 2001. Buku
Pintar Nuklir. Yogyakarta: Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)
Fahma, Harisa.2013.Gamma Ray Artikel oleh Herisa Fahma.Diakses
pada tanggal 17 Maret 2015 pukul 18.28 WIB
https://www.academia.edu/4864096/Gamma_Ray_Artikel_oleh_Herisa_Fahma
Fajar, Sidik. 2010. All In One:
Penilaian Formasi. Diaksespada tanggal 17 Maret 2015 pukul 17.45 WIB
http://sidikfajar60.blogspot.com/2010/03/penilaian-formasi.html
Wardhana, Wisnu Arya. 2007. Teknologi
Nuklir: Proteksi Radiasi dan Aplikasinya. Yogyakarta: Penerbit Andi
Wikipedia Indonesia.2015.Wikipedia Ensklopedia Bebas :Kabupaten
Gunungkidul. Diakses pada 17 Maret 2015 pukul 11.38 WIB
id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Gunungkidul
0 komentar:
Posting Komentar