"
Konstatinopel akan dibebaskan oleh umat Islam. Pemimin yang membebaskannya
adalah sebaik-baik pemimpin dan tentaranya adalah sebaik-baik
tentara."
Itu lah yang
disampaikan Rasullah kepada sahabatnya
Manjelang
kelahiran Sultan Mehmed II ,terjadi peristiwa besar seperti banyak kuda yang
melahirkan bayi kembar, panen yang melimpah menghasilkan sampai empat kali
dalam setahun, dahan - dahan pohon sampai ke tanah dikarenakan banyaknya buah.
Dan ditahun yang sama pula terlihat komet pada siang hari. Menurut kepercayaan
masyarakat pada waktu itu, tembok konstantinopel yang tak terkalahkan akan
runtuh.
Pada tanggal
29 Maret 1432 M lahirlah anak dari sultan Murab II. Beliau memberikan nama
Mehmed (Muhammad Al-Fatih) sebagai penghormatan kepada Rasulullah SAW. Sultan
Mehmed II lahir di kota Edirne, Turki. Saat pelayan istana menyampaikan berita
kelahiran sultan Mehmed II, ayahanda (sultan Murad II) tengah melantunkan Surat
Al-Fath dengan suara merdunya.
Sultan
Mehmed II naik tahta pertama ketika berusia 12 tahun karena sultan Murad II
telah lelah meghadapi pertikain politik antara para wazir (menteri) dan
panglimanya. Namun wazir kepala Halil Pasha memutuskan memanggil kembali
Sultan Murad II untuk kembali bertahta, karena kemungkinan adanya ancaman
dari tentara salib yang ingin merebut Ottoman. Pada tahun 1951 Sultan Murad II
menghembuskan nafas terakhirnya dan sultan Mehmed II kembali menaiki tahta.
Berita wafatnya Sultan Murad II banyak yang sudah mengetahui termasuk Kaisar
Constantin, Raja Paus, dan kerajaan Kristen lainnya.
Di awal masa
pemerintahan kedua Sultan Mehmed II, banyak penduduk yang meragukan
kepemimpinan Beliau. Kerena sebelumnya Beliau pernah digulingkan dari
kekuasaanya. Sultan Mehmed II lebih mengutamakan rakyatnya daripada anak
(Pangeran Bayazid) dan isterinya (Gulbahar Hatun). Sultan Mehmed II pernah
mendapatkan mimpi bertemu dengan Osman (nenek moyang) dan Osman berpesan bahwa
Sultan Mehmed II lah yang akan membuat kekaisaran Turki menjadi lebih besar
serta Beliau lah pemimpin yang telah diramalkan Rasul untuk membebaskan
Konstantinopel. Berbagai usaha dilakukan sultan Mehmed II untuk merebut
wilayah Konstantinopel. Seperti Ia mempelajari ilmu ketentaraan, ilmu teknik,
sains, matematika, dan 6 bahasa. Beliau juga mahir menggunakan pedang hasil
pengajaran dari Hasan (prajurit kepercayaan Sultan).
Setelah
mendapat mimpi itu sultan Mehmed II langsung mengutarakan rencananya kepada
para wazirnya untuk membuat 100 kapal dalam setahun dan 3 meriam raksasa.
Beliau juga meminta wazir kepala Halil Pasha untuk melaporkan status
persenjataan dan amunisi dari Janissari (pasukan elit Turki). Mendengar berita
tersebut Halil Pasha menyatakan keberatan. Menurut Halil Pasha rencana tersebut
hanya akan membuat kekuasaan semakin menyusut. Namun sanggahan tersebut ditolak
mentah oleh Sultan Mehmed II karena menurut Beliau hidup untuk mencatatkan
sejarah, bukan untuk menjadi seorang pengecut.
Kemudian
ditampilkan latar pelabuhan Genoa, Itali. Dimana kali pertama sosok Era
ditampilan. Diceritakan Era menolak lamaran dari Guistiniani ditempat
itu. Era pun kembali tinggal bersama ayah angkatnya (Urban). Ia pun
menyampaikan bahwa Adipati Notaras (orang kerajaan Constantine) menginginkan
Urban untuk membuatkan meriam untuknya, namun Urban menolak dan Ia
diancam dibunuh dan berhasil diselamatkan oleh Hasan. Sebagai tanda jasa, Urban
memenuhi permintaan sultan Mehmed II untuk membuat meriam raksasa yang belum
pernah ada sepanjang sejarah.
Dikisahkan
juga Karamanoglu Ybrahim yang didukung oleh kaisar Constantine sedang dalam
persiapan perang melawan pasukan sultan Mehmed II. Namun Karamanoglu Ybrahim
menyerah sebelum terjadinya peperangan. Bukti pengkhianatan Halil Pasha pun
terbongkar. Sultan berhasil merebut surat yang dikirimkan Orhan kepada Ybrahim.
Dalam surat tersebut tertulis bahwa Halil Pasha berada di pihak Ybrahim.
Pada tahun
1452 M Sultan Mehmed II mulai membangun benteng di Bogazkesen untuk menyerang
konstantinopel. Lokasi tersebut memungkinkan untuk mencegat semua kapal yang
datang dari laut hitam. Sehingga supply makanan kerajaan yang dipimpin
Kaisar Constantine akan terputus. Pembangunan tersebut melibatkan ribuan
rakyatnya. Mereka bekerja tanpa kenal waktu dan kerjasamanya terlihat sangat jelas.
Kabar mengenai pembangunan benteng pun akhirnya diketahui Kaisar Constantine beserta teman Kristen lainnya. Mereka berencana membentuk tentara yang tangguh untuk mengurungkan niat Sultan Mehmed II. Namun ketika itu kondisi Perancis dan Inggris saling berperang sedangkan Jerman sedang menghadapi konflik internal negaranya. Kondisi mereka tertekan. Tidak ada pilihan lain kecuali penggabungan gereja Orthodoks terhadap Katolik. Pada Januari 1453 Genoa mengirimkan tentara bantuan yang dipimpin oleh Giustiniani (spesialis dalam mempertahankan kota-kota bertembok) beserta 700 pria bersenjata lainnya untuk membantu melawan serangan dari tentara Sultan Mehmed II.
Kabar mengenai pembangunan benteng pun akhirnya diketahui Kaisar Constantine beserta teman Kristen lainnya. Mereka berencana membentuk tentara yang tangguh untuk mengurungkan niat Sultan Mehmed II. Namun ketika itu kondisi Perancis dan Inggris saling berperang sedangkan Jerman sedang menghadapi konflik internal negaranya. Kondisi mereka tertekan. Tidak ada pilihan lain kecuali penggabungan gereja Orthodoks terhadap Katolik. Pada Januari 1453 Genoa mengirimkan tentara bantuan yang dipimpin oleh Giustiniani (spesialis dalam mempertahankan kota-kota bertembok) beserta 700 pria bersenjata lainnya untuk membantu melawan serangan dari tentara Sultan Mehmed II.
Benteng,
meriam, kapal, panah dan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pertempuran pun
sudah siap. Sultan Mehmed II segera menggencarkan serangan. Berbagai strategi
disusun kedua belah pihak. Kaisar Constantine pun memasang rantai besi raksasa
di bagian Golden Horn, tembok terlemahnya (tembok satu lapis) sehingga tidak
memungkinkan kapal-kapal untuk melintas dan menyerang tembok. Sebelum pergi ke
medan perang, Sultan Mehmed II melaksanakan shalat dan meminta restu pada
isteri dan ankanya. Serangan pertama pada jum'at, 6 April 1453 M. Sultan Mehmed
II membawa 250.000 prajurit dari berbagai divisi sedangkan pasukan Konstantinopel
jumlahnya jauh lebih sedikit. Sebelum penyerangan, Sultan Mehmed II memberikan
tiga pilihan kepada Kaisar Constantine, yaitu: Masuk Islam, maka penyerangan ke
tembok Konstntinopel akan dibatalkan. Membayar Jizyah dan mentaati syariah
Islam. Diperangi sampai Allah memenangkan kaum Muslim.
Namun Kaisar
Constantine memilih opsi ketiga. Pertumpahan darah pun tidak dapat dihindari.
Anak panah beterbangan di udara, suara gemuruh tembakan meriam terdengar lebih
kencang dari takbir yang memang sudah menggema sejakawal, darah dan timah
berceceran menjadi pemandangan Konstantinopel saat itu.
Setelah
pasukan sultan Mehmed II berusaha semaksimal mungkin, namun takdir berkata lain
pertempuran pertama pun dimenangkan oleh pasukan Konstantinopel karena
mereka berada di dalam benteng dan berada di tanah yang lebih tinggi.
Beberapa hari setelah penyeranagan pertama gagal, Sultan Mehmed II memerintahkan penambang dari Serbia untuk menggali terowongan bawah tanah agar pasukan bisa masuk dari bawah tanah. Namun rencana tersebut berhasil dibaca oleh pasukan Konstantinopel. Selang 12 hari dari penyerangan pertama, Sultan Mehmed II melakukan penyerangan kedua pada malam hari. Lagi-lagi gagal.
Pihak Konstantinopel mengalami kekurangan bahan makanan. Karena Sultan Mehmed II telah memblokir semua pasokan makanan dan logistik dari manapun, termasuk dari saudara Kristennya. Namun ada 3 kapal yang lolos menuju Konstantinopel walaupun telah mendapatkan serangan laut dari tentara Sultan Mehmed II karena kapal-kapal tersebut berukuran sangat besar.
15.000 pasukan Turki telah gugur dan belum membuahkan hasil. Hal tersebut membuat Sultan Mehmed II frustasi. Di tengah kefrustasian Sultan, datanglah dorongan motivasi dari gurunya. Sang guru mengajak Sultan untuk mengunjungi makam Ayyub Al-Ansyari r.a yang terletak dekat tembok Konstantinopel. Ayyub Al-Ansyari r.a pernah ikut mengepung Konstantinopel bersama tentara muslim dalam perang salib dan Beliau tidak pernah meninggalkan tempat tersebut sampai Beliau meninggal dunia. Saat itu usianya sudah tidak muda dan dalam keadaan sakit. Sang guru perpesan kepada Sultan agar tidak menyerah, karena bila Sultan tidak melakukannya sekarang Beliau tidak akan pernah bisa melakukannya lagi.
Beberapa hari setelah penyeranagan pertama gagal, Sultan Mehmed II memerintahkan penambang dari Serbia untuk menggali terowongan bawah tanah agar pasukan bisa masuk dari bawah tanah. Namun rencana tersebut berhasil dibaca oleh pasukan Konstantinopel. Selang 12 hari dari penyerangan pertama, Sultan Mehmed II melakukan penyerangan kedua pada malam hari. Lagi-lagi gagal.
Pihak Konstantinopel mengalami kekurangan bahan makanan. Karena Sultan Mehmed II telah memblokir semua pasokan makanan dan logistik dari manapun, termasuk dari saudara Kristennya. Namun ada 3 kapal yang lolos menuju Konstantinopel walaupun telah mendapatkan serangan laut dari tentara Sultan Mehmed II karena kapal-kapal tersebut berukuran sangat besar.
15.000 pasukan Turki telah gugur dan belum membuahkan hasil. Hal tersebut membuat Sultan Mehmed II frustasi. Di tengah kefrustasian Sultan, datanglah dorongan motivasi dari gurunya. Sang guru mengajak Sultan untuk mengunjungi makam Ayyub Al-Ansyari r.a yang terletak dekat tembok Konstantinopel. Ayyub Al-Ansyari r.a pernah ikut mengepung Konstantinopel bersama tentara muslim dalam perang salib dan Beliau tidak pernah meninggalkan tempat tersebut sampai Beliau meninggal dunia. Saat itu usianya sudah tidak muda dan dalam keadaan sakit. Sang guru perpesan kepada Sultan agar tidak menyerah, karena bila Sultan tidak melakukannya sekarang Beliau tidak akan pernah bisa melakukannya lagi.
Setelah
kefrustasian Sultan berakhir, Sultan menemukan ide yang sungguh luar biasa.
Sultan memerintahkan pasukannya untuk menyeret kapal-kapal besar melalui jalan
darat menuju Golden Horn (gerbang terlemah Konstantinopel). Siasat tersebut
tidak pernah terlintas dalam pikiran Kaisan Konstantine, sehingga muncul
kepanikan pada rakyat dan tentaranya. Dalam usaha mengatasi hal tersebut,
Kaisar meminta pendeta-pendeta Konstantinopel untuk mengadakan upacara
persembahan kepada Bunda Maria. Mereka mempercayai jimat Hedogetria, yaitu
lukisan Bunda Maria dan Yesus diusung keliling kota untuk mendapatkan
pertolongan dari langit dan mengusur musuh.
Pada 29 Mei
1453 Sultan Mehmed II beserta pasukannya melakukan serangan besar-besaran.
Mereka berhasil meruntuhkan tembok terlemah dari Konstantinopel. Sehingga
pasukan Sultan bisa menerobos masuk ke dalam Konstantinopel. Penduduk
Konstantinopel berusaha menyelamatkan diri mereka dengan berlindung di Hagia
Sohia (gereja di dalam Konstantinopel). Sementara itu Hasan dengan anak panah
yang tertancap di tubuhnya berusaha keras mengibarkan bendera di puncak
bangunan Konstantinopel.
Setelah
berhasil menancapkan bendera, Hasan menghembuskan nafas terakhirnya di tempat
kejadian. Ia meninggalkan seorang Isteri (Era) dan anak yang masih dalam
kandungan. Kaisar Constantine dan Guistiniani dikisahkan gugur dalam
peperangan. Sejak saat itu wilayah Konstntinopel resmi diambil alih kembali
oleh Muslim. Sultan pun memberikan kebebasan beragama kepada rakyat
Konstantinopel.
0 komentar:
Posting Komentar